Tiga orang majus.
Tanpa ponsel. Tanpa internet. Tanpa google maps.
Ya, itu satu hal yang bisa kita kagumi dari orang-orang di masa lalu, bagaimana mereka mampu menggunakan rasi bintang sebagai penunjuk arah. Sekarang? Antara polusi atau cumulonimbus, silakan pilih.
Melalui bintang-bintang, mereka menemukan tujuan, yang dalam kisah selanjutnya akan menggoyang status quo saat itu.
Kalimat awal yang cukup menarik saya temukan di dalam demo terbaru milik Dive Collate berjudul Divine Light. Sangat mudah untuk ditebak latar belakang si penulis lirik, dan kebetulan saya juga memiliki latar belakang serupa. Tidak perlu menjadi seorang yang sangat taat untuk bisa mengetahui tanda-tanda itu, terlebih lagi jika punya kesempatan untuk menghabiskan masa kecil di sekolah swasta. Lagipula, kisah kelahiran Yesus sudah menjadi santapan rutin bagi teman-teman umat kristiani.
Saya kira, inisiatif Dive Collate untuk mengangkat tema ini bisa dibilang sebuah gagasan yang cukup segar, tanpa terjebak pada kemungkinan untuk menjadi benar-benar religius sayap kanan yang melulu bicara langit dan menegasikan yang liyan. Meskipun tema yang diambil berasal dari Injil, kita tetap bisa menemukan relevansinya dalam dimensi kehidupan yang lain: pencarian minat dan bakat dalam hidup, misalnya. Mungkin ini hanya akan benar-benar tercapai jika kesempatan untuk menemukan petunjuk-petunjuk selanjutnya ditutup oleh Dive Collate. Sayangnya, seperti yang saya bilang di awal, saya bisa langsung menebak temanya, menjadikan saya terlanjur sulit untuk memikirkan kemungkinan lain. Tapi ya, ini soal latar belakang, sih, bisa jadi berbeda dengan yang lain.
Selain itu, warna musik yang diusung lumayan membantu mereka untuk mengaburkan apa yang mereka ingin bicarakan. Tipikal band shoegaze, vokalnya dibuat mengawang oleh reverb sehingga membaca lirik yang disediakan di kolom deskripsi sudah menjadi keharusan. Namun berbeda dengan rilisan sebelumnya, tempo Divine Light terasa sedikit lebih lambat dan tidak banyak menggunakan alat-alat yang menimbulkan efek noise, jauh berbeda jika dibandingkan Vault atau bahkan Myopic Feelings. Tambahan unsur synthesizer membuat lagu ini terasa lebih megah.
Menarik untuk dinanti bentuk akhir dari demo ini. Sebagai salah satu dari sedikit band shoegaze di Bali, saya cukup penasaran seberapa jauh mereka bisa melangkah di tengah lingkaran sudah makin beragam ini. Semoga mereka punya cukup energi untuk itu.