Diskusi dan bedah buku karya Ketut Sumadi di Bentara Budaya Bali, Ketewel, Gianyar.
Tak hanya memberi ruang bagi seniman maupun para perupa, Bentara Budaya Bali (BBB) juga mendorong kemungkinan kreatif penciptaan sekaligus memperkaya ranah kebudayaan melalui kajian-kajian kekinian. Jumat (21/10/11) nanti, bertempat di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra 88 A Ketewel, pukul 16.00 Wita, BBB akan melangsungkan diskusi Pustaka Bentara bertajuk Menimbang Bali dari Dalam.
Kegiatan ini akan mendialogkan dan membedah kumpulan esai karya Dr. Drs. I Ketut Sumadi, M.Par, yang terangkum dalam buku ‘Tuhan di Sarang Narkoba, Weda di Ruang Tamu’. Rangkuman ini memuat tulisan-tulisan terpilihnya yang telah dipublikasikan di berbagai media, serta layak disimak sebagai ‘Renungan dari Dalam’, pembanding pandangan dari ‘Seberang’.
“Melalui karyanya ini, Dr. Ketut Sumadi merefleksikan pandangannya tentang realita Bali di tengah globalisasi dan dinamika nilai lampau yang diyakini adiluhung serta kekinian Bali modern yang layak dikritisi,“ ujar Juwitta Katrina Lasut, staf budaya BBB.
Dr. Drs. Ketut Sumadi, M.Par. lahir di Batuyang, Sukawati, Gianyar tahun 1962. Sejak 1979 rajin menulis puisi, cerpen, esai sastra, dimuat di Mimbar Agama Hindu di Harian “Bali Post” dan di Harian “Karya Bhakti”. Pernah sebagai wartawan Karya Bakti dan redaktur Harian Nusa Tenggara. Sejak 1998 menjadi dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
Diskusi turut pula menghadirkan narasumber mumpuni, Prof. Dr. I Wayan Windia dan Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag. serta Prof. Dr. Jan Hendrik Peters (Strategic Advisor Tri Hita Karana Foundation). Ketiganya akan coba membahas karya-karya Dr. Ketut Sumadi secara kontekstual kaitannya dengan Bali dulu, kini maupun nanti.
Prof. Dr. I Wayan Windia merupakan guru besar Universitas Udayana yang kini tengah giat memperjuangkan keberadaan subak sebagai aset keunikan budaya Bali, serta Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag. lulusan S2 Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Denpasar ini aktif sebagai dosen di IHDN Denpasar sekaligus pemerhati perkembangan pariwisata.
Sebelumnya, sedini kehadiran pendatang asing di Bali, tak terhitung tulisan yang mewartakan pulau ini berikut keunikan budaya, tradisi, adat dan keyakinan masyarakatnya. Sebagian pendatang itu bukan sekadar pelancong biasa, beberapa di antaranya antropolog merangkap penulis, spiritualis, juga pemusik tersohor dan penekun seni lainnya.
Terciptalah pujian The Last Paradise, Pulau Sorga, Pulau Dewata dan lain-lain. Waktu boleh melaju mengubah banyak hal, tapi Bali seolah kekal dalam citraan yang eksotik dan menawan tersebut. [b]
Teks dan ilustrasi dari Bentara Budaya Bali.