Teks dan Ilustrasi Bentara Budaya Bali
Sosok-sosok tubuh dalam beragam pose yang tak lazim tampil mewujud lewat karya-karya patung Putu Sutawijaya yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Bali, 28 Desember 2010 sampai 10 Januari 2011 mendatang.
Melalui seni tiga dimensinya yang terangkum pada pameran bertajuk ‘Gesticulation’, perupa kelahiran Tabanan, 27 November 1971 ini tidak hanya menghadirkan karya-karya estetik terkininya, melainkan juga berupaya merepresentasikan tubuh serta gerakan-gerakan gestural manusia sebagai cerminan—bahkan juga pemertanyaan—atas hakikat dan identitas diri yang selalu berubah dinamis.
Selama setahun, perupa lulusan ISI Yogyakarta ini melakukan transformasi terhadap karya-karya dua dimensi, yang kemudian ia ekspresikan dalam bentuk tiga dimensi. Dalam prosesnya ini, ia secara intens mengolah besi bekas dari para pemulung di kawasan Bantul, Yogyakarta, untuk kemudian dieksplorasi menjadi berbagai karya seni patung. Besi-besi inilah yang lantas mewujud menjadi beraneka sosok tubuh yang seakan bergerak meliuk, sembari seolah tengah berinteraksi dengan kawat melingkar-lingkar yang dibawanya.
Dalam beberapa seri patungnya yang lain, tokoh manusia imajiner tersebut juga tampak berdialog satu sama lain, tentu saja dengan berbagai pose yang merefleksikan gerakan-gerakan gestural.
“Saya ingin agar tubuh-tubuh ini dapat berkisah, saling menyusun tanda-tanda sebagai seperangkat alat ucap,” kata perupa peraih Best Painting Philip Morris Art Award (1999) dan Lempad Prize (2000).
“Bolehlah dibilang, apa yang saya tampilkan dalam pameran kali ini mencerminkan sebentuk upaya dialog untuk memaknai kehadiran diri manusia sekaligus pendefinisian ulang terhadap identitas-identitas kultural yang secara mapan telah melekat padanya,” ujar Putu Sutawijaya yang telah beberapa kali melawat kreatif dan berpameran tunggal di China, Hongkong, Malaysia dan berbagai negara lainnya ini.
Pameran di Bentara Budaya Bali ini menampilkan karya-karya patung logam Sutawijaya, baik patung-patung mandiri maupun patung-patung yang dirangkai dalam satu kesatuan instalasi dengan tambahan karya-karya baru selain yang telah dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) beberapa bulan berselang. Dalam kesempatan pameran kali ini, Perupa Nyoman Erawan secara khusus membukanya.
Sepanjang perjalanan kreatifnya, Putu Sutawijaya memang tekun mengeksplorasi sosok-sosok tubuh manusia lewat berbagai karyanya. Beberapa seri seni dua dimensinya secara mendalam menggambarkan tubuh-tubuh ini melalui beragam bentuk visual yang terkesan begitu ekspresif dan dinamis.
“Dengan pilihan tematik ini, Sutawijaya berupaya merefleksikan keceriaan, rasa cemas atau bahkan penderitaan manusia. Cerminan ekspresi ini, serta visualisasi gerak nan spontan dari sosok-sosok yang ditampilkannya, sungguhlah menarik untuk disimak dan didiskusikan lebih jauh,” ujar Putu Aryastawa dan Juwitta Katrina Lasut dari Bentara Budaya Bali.
Pada pameran kali ini Putu Sutawijaya juga membagikan gagasan serta pengalaman kreatifnya dalam sebuah sesi forum dialog pada 29 Desember 2010, pukul 15.00 WITA yang melibatkan para perupa, budayawan dan generasi muda Bali. [b]