Mungkin tidak semua orang mengalami pengalaman sama.
Ketika selesai menonton sebuah konser, kadang sebagian penonton pulang dengan kesalnya sambil bertanya, mengapa suara yang keluar dari tata suara begitu buruk?
Saat ini teknologi pendukung tata suara jauh sekali berkembang dari sebelumnya. Tetapi, tetap saja kita harus menanggung akibat buruknya kualitas suara yang dihasilkan. Ini menyebabkan terampasnya kenikmatan kita saat melihat pertunjukan konser musik.
Kejadian ini sering sekali terjadi. Ketika ini menjadi pengalaman buruk yang membekas orang sering kali mengundurkan niatnya untuk menonton konser yang sebenarnya mereka inginkan.
Ini bukan karena akustik tempat. Tapi kesalahan ada di mixing.
Ada keyakinan keliru yang banyak dianut oleh para soundman kalau suara kick-drum dan snare adalah bagian terpenting dari mixing. Hal ini mungkin saja benar ketika melakukan mixing saat rekaman. Penting sekali, tapi bukan yang terpenting.
Hal yang sangat berbeda ketika melakukan mixing untuk pertunjukan langsung (live) di mana suara vokal yang seharusnya menjadi hal terpenting.
Pada dasarnya suara yang paling halus (suara vocal) di panggunglah yang perlu mendapatkan amplification dan perhatian. Karena suara vokal adalah alasan orang membayar untuk mendengar dan tentunya seringkali adalah alasan utama untuk mereka datang. Bukan kick drum-nya.
Penggunaan subwoofers yang berlebihan juga akan membuat venue semakin bergemuruh dan semakin tidak jelas.
Kami penikmat konser menuntut, ada lima hal penting yang seharusnya menjadi perhatian untuk meningkatkan kualitas suara konser.
- Suara vokal tidak ditampilkan.
Ini adalah alasan kami datang, mixing-lah dengan baik sehingga kami dapat mendengar dan memahaminya, please. - Ketergantungan yang berlebih pada subwoofer.
Dalam keseharian kita, kita mendengar suara 20-30Hz hanya pada saat ada guntur, gempa bumi atau fenomena alam lainnya. Penambahan yang berlebihan tentu saja akan menjadi gangguan besar.Tentu saja kebanyakan orang ingin suara konsernya seharusnya lebih besar dari suara keseharian, tapi penambahan ini dilakukan terakhir tidak dengan mengorbankan kejernihan suara yang keluar. - Terlalu banyak Kick (Bass Drum).
Seringkali ada visi yang salah tentang kick, banyak soundman menghabiskan waktunya di bass drum dan mengalahkan suara lain di panggung. Percayalah, bass drumnya baik-baik saja tidak butuh tenaga ekstra untuk melakukan mixing. - Intelligibility Rendah (suara vocal yang Jelas)
Banyak soundman cukup puas dengan hanya mendengar suara vokal secukupnya. Tapi, kami sebagai penikmat konser ingin mendengar dan mengerti setiap kata yang diucapkan. Jadi mohon lebih banyak habiskan waktu untuk melakukan mixing di vocal daripada di kick. - Kebiasaan melakukan Mixing yang buruk.
Kebanyakan soundman tidak pernah mendengarkan CD dari band atau musisi yang mereka mix. Tentu saja mixing live berbeda dengan mixing recording. Belum lagi harus menyesuaikan dengan venue yang aneh.Luangkan waktu sebentar curi dengar musik mereka ini mungkin akan sangat membantu setelah nomor 1, 2, 3 dan 4 di atas. Kenapa soundman perlu tahu musik dari artisnya? Karena dia harus menyesuaikan dynamic dari setiap lagunya.
Tentu saja list ini tidak akan mengubah pola pikir soundman yang sudah ada sekarang di konser-konser sekitar kita. Tapi ketika seseorang yang baru dan ingin belajar semoga hal ini menjadi dasar buat mereka.
Untuk band indie yang belum mempunyai soundman sendiri mungkin ada baiknya melakukan pendekatan ke soundman yang disediakan oleh panitia konser dan “permisi” untuk memberi masukan bagaimana mereka ingin didengar dari sisi penonton.
Kadang soundman sering dicap sentimen. Mereka akan melakukan hal lebih ketika mereka kenal band atau personilnya. Sebaliknya, mereka akan bekerja sekedarnya ketika mereka tidak kenal bandnya.
Ini jelas sekali terdengar di konser-konser festival, coba bedakan suara antara band di lineup awal dan band di lineup terakhir. Sebenarnya bukan sentimen, tetapi karena tidak ada ikatan/komunikasi antara musisi dan soundman. [b]