Sejumlah alumni Kelas Jurnalisme Warga (KJW) berbagi ceritanya usai mengikuti program oleh BaleBengong ini. Mereka membagi energi dan harapannya untuk desa.
Wawan, Internet untuk Potensi Desa
Wawan, seorang pegawai koperasi warga Desa Ngis, Karangasem. Ia salah satu peserta kelas jurnalisme warga (KJW) yang memilih garapan liputan mengenai usaha kecil milik warga Desa Ngis di tengah pandemi. Mengikuti KJW 2020 adalah kelas pertama yang ia ikuti. Tak menyangka ada kelas tentang jurnalistik ke desa-desa. Menurutnya, kelas jurnalistik hanya didapatkan di pendidikan yang tinggi dan mahal. Namun, BaleBengong membawa kelas menjadi lebih dekat ke desa.
“Tidak pernah terpikirkan sebelumnya akan ada kelas jurnalistik di desa. Ketika ada KJW, saya mengikuti kegiatan merasa penuh dengan manfaat. BaleBengong sukses membawakan kegiatan ini dengan banyaknya warga yang berminat sebagai peserta di Ngis,” ungkap Wawan.
Adanya KJW memotivasi Wawan untuk mendorong warga desa memanfaatkan sosial media mempromosikan Desa Ngis. Desa Ngis memiliki potensi desa berupa bukit yang dibuka untuk destinasi wisata. Wawan melihat pemanfaatan sosial media yang terselip di KJW bisa menjadi alat komunikasi dan informasi yang baik untuk mempromosikan wisata dan potensi desanya.
Dalam situasi pandemi saat ini, kegiatan yang ingin didorong Wawan di desanya adalah pemulihan ekonomi desa. Dengan membantu warga desa mendapatkan lapangan pekerjaan bagi yang terkena PHK. “Saya berharap melalui cerita bisa membantu memasarkan untuk menjualkan hasil warga desa,” harapannya.
Di sisi lain, persoalan lain di desanya, ingin menyampaikan penyusunan kalender desa adat berbasis digital. Ia mendorong penggunaan internet ini untuk persoalan desanya agar lebih mudah terakses oleh semua kalangan.
Moni: KJW Meningkatkan Produktif Berkarya
Menulis adalah hal awam yang dirasakan Moniyarka, seorang mahasiswa dari Jembrana, Bali. Ia mengikuti kelas jurnalisme warga tahun 2020 karena terpanggil dengan materi yang disampaikan mengenai editing video. Meski sejak di bangku sekolah, ia pernah mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik, tapi tak membuatnya dekat dengan kebiasaan tulis menulis.
Dengan motivasi mendapatkan materi editing, ia berangkat mengikuti KJW. Pelatihan KJW membantunya menghasilkan karya-karya yang lebih baik dari sebelumnya. Dari bentuk video hingga tulisan. Memiliki kepercayaan diri untuk memulai karya tulisan menjadi hal yang tak ia sangka. Memberanikan diri untuk lebih rajin menulis cerita-cerita di sekitar dusunnya. Salah satunya festival dusun senja, kegiatan dusun yang melibatkan pertunjukan seni kontemporer itu ia arsipkan dalam sebuah tulisan yang dimuat di BaleBengong.
BaleBengong seakan menjadi laboratorium tempatnya berkarya. Menulis membuatnya bisa menyampaikan pesan dari sudut pandang pribadinya. Moni berharap bisa terus mengembangkan karyanya di media jurnalisme warga. Sebagai alumni KJW, ia ingin mengadakan pertemuan 1 tahun sekali untuk mempererat persaudaraan diantara komunitas.
Banyak persoalan yang menurutnya bisa ditulis di dusunnya. Begitu juga persoalan bersama para alumni KJW di Candikusuma, Jembrana. Mengajak alumni KJW untuk lebih sering membuat karya tulis dari cerita-cerita dusun.
Kalau ada kolaborasi, khusus untuk dusunnya, ia ingin mengadakan pembekalan tentang jurnalisme warga di saat acara festival dusun. “Sekarang aku jadi sering nulis cerpen sih dan lagi buat video-video pendek di tiktok. Banyak hal yang berubah setelah aku ikut KJW. Aku jadi lebih produktif dalam berkarya,” ungkapnya.
Estu: KJW Belajar Menyuarakan Pendapat hingga Menggali Informasi Detail
Sebagai salah satu mahasiswi yang berkuliah di luar Bali, Estu memiliki rasa rindu untuk mengenal lebih jauh tentang desanya. Ia memiliki ketertarikan untuk menuliskan cerita. Ketika libur perkuliahan, ia ingin menghabiskan waktu di desa Candikusuma, Jembrana. Mendengar akan ada pelatihan Kelas Jurnalisme Warga di dusunnya, ia merasa antusias. Teman baru, materi baru dan pengalaman baru yang berkesan menurutnya.
Pelatihan KJW tidak sekadar kelas menulis, menurut Estu, KJW mengajarkannya untuk memperjuangkan pendapat pribadinya. KJW membantu Estu saat menjalani pekerjaannya saat ini di salah satu perusahaan swasta di Jembrana.
“Pasca KJW, pengalamannya sangat membantu saya saat menjalani pekerjaan atau kegiatan, salah satu contohnya saya dapat menyuarakan pendapat saya dan tau cara berkomunikasi yang baik,” katanya.
Untuk terus menyambung materi yang telah pada KJW 2020, Estu ingin selalu menyambung silaturahmi antar anggota KJW Jembrana dengan tim BaleBengong. Dengan membuka komunikasi, dan membuat reuni kecil. Merancang kegiatan positif bersama untuk menjawab persoalan di desanya adalah cita-citanya.
“Saya lihat ada banyak penutupan DAS (daerah aliran sungai) sehingga sungai di Desa Candikusuma yang kami lihat dulu selalu ada airnya, sekarang hanya ada sungai yang airnya terpisah-pisah,” keluh Estu.
Mengulik cerita dan informasi sedetail mungkin jadi kebiasaan Estu pasca KJW. Kebiasaan itu membuatnya merasa lebih peduli tentang hal kecil di sekitarnya. Ia senang bisa mengetahui hal lebih dalam, sehingga bisa membantu teman sebayanya berbagi informasi dan edukasi. “Saya sangat senang saat saya dapat membuat artikel dengan cara terjun langsung ke lokasi yang ingin saya buat,” kesannya.