Pemantauan kualitas terumbu karang bisa melibatkan pemandu selam lokal.
Selama dua hari pekan lalu, belasan pemandu selam, perwakilan kelompok maupun usaha wisata mengikuti pelatihan memantau kondisi terumbu karang. Pemantauan ini menjadi participatory monitoring.
Para peserta berasal dari tiga desa di pantai timur laut Bali yaitu Tulamben, Amed, dan Tejakula. Tulamben dan Amed merupakan pusat pariwisata menyelam di Karangasem. Mereka bertetangga meskipun berbeda kecamatan, Amed di Abang dan Tulamben di Kubu.
Adapun Tejakula merupakan kecamatan paling timur dari Kabupaten Buleleng. Desa ini memiliki keindahan terumbu karang dan menjadi tujuan menyelam meskipun belum sepopuler Tulamben.
Sebagai daerah pesisir dengan tempat wisata menyelam yang didatangi ribuan turis tiap tahun, ketiga desa ini memiliki tantangan dalam pengelolaan terumbu karang. Beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) di bidang pesisir, seperti Reef Check Indonesia, Conservation International (CI) dan Coral Reef Alliance, sudah beberapa kali memperingatkan tentang perlunya manajemen terumbu karang di kawasan ini agar tidak dieksploitasi demi pariwisata.
Pemantauan kesehatan terumbu karang menjadi bagian dari upaya menjaga potensi bawah laut sekaligus daya tarik pariwisata tersebut. Kali ini, ketiga LSM di isu pesisir itu bekerja sama dengan CoralWatch dan Dinas Lingkungan Pemerintah Kabupaten Karangasem. Pelatihan pemantauan terumbu karang menggunakan metode yang dikembangkan oleh CoralWatch, lembaga riset di Universitas Queensland, Australia.
Pelatihan diadakan di Desa Tulamben, pusat penyelaman paling populer di kawasan ini. Tulamben memiliki 51,5 hektar luas terumbu karang dari keseluruhan 720,4 hektar luas terumbu karang di Kabupaten Karangasem. Namun, bangkai kapal perang sisa Perang Dunia II menjadi magnet utama desa ini.
Pelatihan ini untuk mengenalkan dan melatih pemandu selam lokal tentang metode yang dikembangkan CoralWatch. Melalui metode ini, para pemandu selam bisa memantau kondisi terumbu karang, terutama pemutihan terumbu karang (coral bleaching).
Tujuan lainnya, sebagaimana ditulis dalam siaran pers dari Reef Check Indonesia, adalah meningkatkan pemahaman pemandu selam terkait isu global tentang terumbu karang. Harapannya, para pemandu selam juga akan bisa memberikan penyadaran tentang isu tersebut kepada turis maupun komunitas lokal.
CoralWatch telah membuat untuk melindungi terumbu karang setelah terjadinya pemutihan (bleaching) yang menjadi ancaman serius terhadap terumbu karang dunia. Pemutihan karang saat ini merupakan dampak utama dari kenaikan suhu laut. Ketika terumbu karang tumbuh di suhu lebih tinggi, terumbu karang lebih cepat stres dan mengeluarkan algae yang mengakibatkan pemutihan.
Tingkat pertumbuhan dan reproduksi terumbu karang pun terdampak. Terumbu karang juga lebih mudah terkena penyakit dan stress. Batang terumbu juga lebih mudah rusak. Jika terumbu karang tidak diperbaiki, maka mereka akan bisa mati. “Karena itulah sangat penting memantau pemutihan terumbu karang sehingga kita bisa melepaskan tekanan dan membantunya pulih kembali,” tulisa Reef Check dalam siaran persnya.
Metode Pemantauan
Dalam pemantauan partisipatif bersama para pemandu selam lokal, metode yang digunakan berupa sebuah Bagan Kualitas Terumbu Karang (Coral Health Chart). Metode ini untuk membandingkan warna terumbu karang dengan warna terpilih secara ilmiah di bagan. Hasil pemantauan ini akan ditambahkan pada database besar yang akan dianalisis secara keseluruhan.
Melalui analisis tersebut akan telrihat bagaimana pemutihan dan kualitas terumbu karang secara umum yang dipantau di kawasan tersebut.
Metode ini sangat sederhana dan mudah digunakan siapa saja dari apapun latar belakang dan pekerjaannya. Jika para pemandu lokal bisa menggunakan metode ini, maka mereka bisa memberikan informasi terhadap tamu sehingga mereka juga bisa memantau kualitas terumbu karang.
Dr. Kyra Hay dan Mrs. Diana Kleine dari CoralWatch Australia mengenalkan metode CoralWatch kepada peserta. Mereka menunjukkan cara menggunakan dan mengisi Coral Health Chart serta bagaimana memasukkan data ke website dan aplikasi bergerak (mobile apps). “Informasi tentang terumbu karang sangat penting bagi kita dan karena itu terumbu karang harus selalu dipantau serta dikelola,” kata Kyra.
Setelah belajar tentang cara penggunaan, para peserta juga mempraktikkan metode yang mereka pelajari sebelum masuk air dan menerapkannya langsung di lapangan.
Pada hari kedua, para peserta mempraktikkan langsung metode CoralWatch dengan cara snorkeling dan diving. Praktik lapangan bertujuan meningkatkan kemampuan perwakilan peserta dalam menggunakan metode.
Mereka menyelam dan mencocokkan warna terumbu karang yang mereka temukan. Hasilnya kemudian dimasukkan ke dalam versi offline dari CoralWatch. Sebagian besar pemandu lokal mengaku mendapatkan pengalaman positif dalam penggunaan Coral Health Chart.
Mereka juga mengatakan bagan amat mudah digunakan untuk mengindentifikasi jenis-jenis terumbu karang yang berbeda. Perangkat untuk mencocokkan warna juga mudah dimengerti tiap orang.
Applikasi yang digunakan mendapat respon positif dari para pengguna meskipun mereka baru pertama kali menggunakan. Banyak yang tertarik untuk mendapatkan hasil survei pada hari yang sama. Namun, hal itu tidak mungkin bisa. Sebab Coral Health Chart menekankan pentingnya kembali ke terumbu karang yang sama, misalnya tiap dua minggu sekali, dan melihat perkembangan selama periode tersebut.
Saat ini, CoralWatch memiliki hampir 2.000 anggota. Organisasi ini juga memiliki data dari lebih dari 70 negara. Dengan aplikasi yang amat mudah untuk digunakan, jumlah penggunanya akan terus bertambah. [b]
Bagaimana cara menggunakan Coral Health Chart
1. Pesanlah bagan dari CoralWatch.org. Gratis tanpa biaya.
2. Pilihlah satu terumbu karang untuk dipantau
3. Masukkan informasi di lembar terpisah mengenai karang tersebut. Misalnya jenis dan suhunya. Catatlah ketika kita di terumbu karang tersebut agar tidak lupa.
4. Pantau setidaknya 20 koloni terumbu karang
5. Pantau koloni terumbu karang berjarak antara 2-3 meter
6. Peganglah bagan di dekat terumbu karang tapi JANGAN sentuh terumbu karangnya
7. Pilihlah warna paling terang dan paling gelap
8. Pilih jenis terumbu karangnya apakah bercabang, datar, atau lembut
9. Pemantauan bisa dilakukan sambil menyelam atau snorkling