Indonesia terkenal akan budaya yang beragam.
Adat istiadat di setiap wilyah Nusantara ini begitu unik. Tiap daerah memiliki tradisi tersendiri yang dipengaruhi alam di mana tradisi itu berada dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Salah satu hasil tradisi di tanah air tercinta adalah kain.
Berbagai macam jenis kain tradisional warisan budaya kita. Bahkan sampai ada jenis kain tradional kita yang pernah diakui oleh Negara tetangga, karena sikap ketidakpedulian kita terhadapa hasil karya dari leluhur kita.
Di pulau kelahiran saya, Bali banyak jenis kain tradional yang dimiliki mulai dari Gringsing Tengan, Songket, Prada, Endek. Pada kesempatan kali ini saya sempat menyambambangi perusahan tenun ikat atau sering disebut Endek, di wilayah Denpasar, tepatnya perusahan Tri Sakti yang ada di Jalan Imam Bonjol Gang Gunung Saba nomer 6 Banjar Abian Timbul, Denpasar.
Perusahan Tri Sakti memproduksi Endek secara semi tradional. Alat yang digunakan masih digerakan dengan tenaga manusia yaitu alat tenun bukan mesin. Proses yang dilalui oleh sebuah kain endek tidak singkat karena melalui berbagai jenis proses dimulai dari sehelai benang hingga menjadi selembar kain.
Salah satu pekerja, Ni Ketut Rawi yang sudah bekerja selepas menamatkan pendidikannya di jenjang Sekolah Dasar, bercerita. “Kita menyiapkan dua jenis benang, satu bagian untuk pakan dan satu lagi untuk lusi,” katanya. Pakan adalah benang yang dimasukan saat menenun secara mendatar dan dipemberian motif dilakuan pada benang ini. Sedangkan lusi adalah benang yang di pasang horizontal atau tegak lurus dan biasanya berwarna atau polos tanpa motif.
Proses pembuatan pakan boleh dibilang cukup rumit. Perlu waktu lama dan menyerap tenaga kerja yang banyak. “Proses ini dimulai dari ngeliying, mempen, mebet, ngasuh, melut, nyatri, mapal, ngeliying pakan,” tutur Ketut Rawi.
Bingung dengan istilah ini? Ngeliying ialah proses ketika benang dalam gulungan yang besar dibawa dalam gulungan yang kecil menggunakan alat seperti roda dan diputar dengan tangan. Mempen benang yang sudah digulung dalam gulungan kecil berikutnya disatukan beberapa helai benang untuk dililitkan di suata alat diputar-putar.
Proses berikutnya adalah memberikan motif yang diinginkan dengan cara diikat dengan menggukan tali rafia pada benang yang sudah melalui proses mempen, ini yang dimaksud dengan mebet. Pemberian warna dasar pada benang disebut ngasuh. Proses ini menggunakan teknik celup pada pemberian warna dan dibilas dengan air bersih.
Sebelum lanjut proses berikutnya benang pakan dikeringkan dahulu dengan cara diangin-anginkan dan dijemur. Proses melut berupa membuka ikatan pada benang pakan. Benang yang terikat ini tidat ikut dalam warna dasar tetap pada warna putih. Pada benang yang masih berwarna putih ini diwarnai, dicelup per ikatan, atau jika ada motif yang memerlukan warna sedikit pada area warna yang sedikit pula digunankan dua bilah kayu kecil yang ujungnya dililit kain.
Pemberian warna dengan menggosokan warna divantara dua kayu ini, proses ini namanya nyatri pada proses ini memerlukan ketelitian. Setelah proses ini selesai benang pakan dikeringkan. Dilanjutkan dengan proses mapal, memisahkan kumpulan benang tadi untuk menjadi perhelai benang dan biasanya digulung menjadi gulungan-gulungan benang yang diikat supaya motif yang telah dibuat tetap nyambung pada saat menenun nanti. Per gulungan benang ini di sebut ronce.
Terakhir adalah ngeliying pakan adalah seperti awal proses penggulungan benang pada alat yang digunakan untuk meletakan benang pakan yang dinamakan sekoci. Proses semua ini memerlukan kurang lebih lima hari.
Prose pembuatan pakan selesai bukan berarti kita sudah siap menenenun. Proses pembutan benang untuk lusi belum jadi ini juga memerlukan waktu yang lumanyan lama. Dari proses ngeliying ke porsi benang kecil lalu dari benang ini, liying lagi ke tempat yang lebih besar. Dengan lebar kurang lebih 1 meter. Dari gulungan ini dibawa lagi ke alat yang akan di taruh di alat tenun bukan mesin, ini disebut dengan nganying.
Proses pemasukan perhelai di alat tenun dinamakan nyuntik yang ada di dua tempat yaitu guwun dan serat. Dari helai-helai benang pada serat benang di tarik dan diikat pada alat penggulung hasil kain tenun ini dinamai nyantel. Selesai semua proses pembuatan lusi yang memakan waktu kurang lebih tiga hari.
Sekarang langkah terakhir baru menenun kain. Yaitu menyukan benang lusi dan pakan. Proses penenunan menghasilkan kain sebanyak 1,5 kain per hari yaitu kurang lebih 3 meter.
Dan, proses pembuatan kain endek pun selesai. [b]