Inilah cara unik dan efisien untuk mendidik publik dari ForBALI. Mereka membalas perusakan (lagi) sedikitnya empat spanduk di pinggir jalan dari desa adat ini dengan melempar balik umpannya.
Spanduk-spanduk penolakan reklamasi Teluk Benoa kembali dirusak, dan belum ada yang ditindak. Baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang dirobek secara senyap tersebut, secara serentak ditambal oleh masyarakat masing-masing desa adat dengan tulisan yang pada intinya memberikan pesan bahwa baliho tersebut telah dirobek karena menolak reklamasi Teluk Benoa. Desa adat yang melakukan aksi tersebut adalah Desa Adat Kepaon, Desa Adat Jimbaran, dan Desa Adat Sumerta.
Nyoman Sudiartika perwakilan Desa Adat Jimbaran tolak reklamasi Teluk Benoa, menegaskan bahwa penambalan baliho yang dirobek tersebut dilakukan secara spontan dan menggunakan dana urunan dari masyarakat Desa Adat Jimbaran. Lebih lanjut, Sudiartika menambahkan aksi penambalan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang dirobek tersebut membawa pesan kepada masyarakat yang melintasi simpang Universitas Udayana Jimbaran, agar tau bahwa telah terjadi perusakan terhadap baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa Adat Jimbaran. “Kita sengaja membiarkan untuk dilihat masyarakat umum bahwa itulah yang terjadi terhadap penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa. Itu pesan kita kepada masyarakat umum, kita tetap melawan, menolak rencana reklamasi Teluk Benoa,” tegasnya.
Perwakilan masyarakat Desa Adat Kepaon, Kadek Susila menerangkan bahwa penambalan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang disobek tersebut, adalah respon spontan dari masyarakat Desa Adat Kepaon. Lebih lanjut, dana yang digunakan untuk menambal baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang disobek tersebut adalah berasal dana kolektif. “Iya Benar, dananya berasal dari dana kolektif”, terangnya.
Susila juga menegaskan bahwa penambalan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang disobek tersebut, untuk menunjukkan kepada oknum yang merobek baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa adat Kepaon agar tau bahwa sikap Desa Adat Kepaon menolak rencana reklamasi Teluk Benoa adalah sikap yang serius. “Jadi biar orang yang merobek itu tau kalau kita tidak berjuang setengah-setengah. Kita terus melawan rencana reklamasi Teluk Benoa. Kita kerus berjuang sampai rencana reklamasi Teluk Benoa benar-benar dibatalkan,” tegasnya.
Perwakilan Desa Adat Sumerta, I Wayan Murdika menerangkan aksi penambalan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa Adat sumerta membawa pesan, bahwa Desa Adat Sumerta mengutuk aksi perobekan baliho tersebut. Murdika pun mengingatkan kepada oknum yang merobek baliho tersebut, bahwa karma menghantui oknum tersebut. “Ingat karmamu menunggu bagi yg merobek baliho tolak reklamasi Teluk Benoa kami,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Murdika pun menjelaskan setelah aksi penambalan baliho ini, Desa Adat Sumerta akan melakukan penambahan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa dalam waktu dekat sebagai komitmen untuk memenangkan Teluk Benoa. “Rencana kita ada penambahan-penambahan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa, itu adalah pesan bahwa semakin kita dikekang, kita semakin semangat untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.”
Dihubungi secara terpisah, Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI), menerangkan bahwa penambalan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa Adat yang dirobek secara senyap adalah sindiran terhadap penguasa atas jaminan kebebasan berekspresi yang sudah dijamin oleh konstitusi. “Memang sebaiknya perusakan baliho ini dibalas santai saja. Cukup dengan tempelan spanduk sebagai bentuk sindiran atas buruknya jaminan keamanan dan kebebasan ekspresi,” terangnya.