Oleh Pande Baik
Maraknya produksi sinetron yang melibatkan bintang-bintang muda dan baru rupanya membuat beberapa kalangan, terutama orang tua, yang keberatan pada isi cerita tersebut. Padahal sinetron itu tayang dari pagi hingga malam di sekian stasiun televisi Indonesia.
Mereka tak salah jika beranggapan bahwa sinetron Indonesia makin lama makin tak berkualitas. Tentu berbanding terbalik dengan usaha sutradara-sutradara perfilman Indonesia yang makin hari makin berusaha membuat plot dan alur cerita yang orisinal. Walaupun tak menutup mata ada juga yang membuat film dengan mencontek ide dari film luar negeri.
Hal yang sama juga terjadi pada dunia sinetron Indonesia yang umumnya diadaptasi dari serial luar hingga membuat cerita dari satu tembang terkenal artis Indonesia.
Tak jarang, jiplakan itu hampir sama persis dilihat dari segi cerita dan penokohan. Sedangkan bagi yang mengambil tema dari tembang Indonesia, tak jarang pula alur ceritanya dangkal, dipanjang-panjangkan, dan cenderung absurd. Tujuannya, untung tinggi dari konsumen yang lebih banyak berasal dari usia anak-anak dan wanita.
Lantas apa pengaruh akan maraknya sinetron Indonesia yang tayang dilayar kaca? Banyak.
Ambil contoh sinetron gres (kalo ndak salah) berjudul ‘Candy’. Entah mengadaptasi dari serial komik jepang ‘Candy-Candy’ atau memang ide cerita berasal dari satu tembang Indonesia yang menjadi tema lagu sinetron tersebut.
Sinetron itu melibatkan cerita kisah cinta seorang gadis kecil yang jika di kehidupan nyata sebaiknya belum saatnya mengenal dunia cinta. Alur pemikiran yang begitu-begitu saja, tarik ulur dan merembet ke mana-mana membuat sebagian penonton anak-anak dan wanita dewasa begitu terkesima dan hanyut dalam perasaan. Namun yang lainnya malah mencibir sinetron itu tak berkualitas.
Tak jarang akhirnya banyak anak usia SD lantas heboh bercerita dan berandai-andai memiliki seorang pacar di tempat ia belajar. Iya kalo intelegensinya terkatrol naik. Kalau malah hampir seluruh harinya berisi bumbu cinta, apa jadinya?
Siapa yang salah? Sang orang tua yang terlalu membebaskan anak-anaknya menonton sinetron dan televisi dari pagi hingga petang, yang barangkali jarang memantau isi cerita atau mendampingi anak saat menonton TV serta memberikan penjelasan akan isi dan makna cerita. Yah, alasannya sibuk bekerja cari uang.
Apakah kesalahan terletak pada stasiun televisi? Karena mereka begitu mudah menerima satu cerita sinetron lantas berusaha mendapatkan rating tinggi. Tak peduli dampak buruk pada jutaan anak-anak Indonesia, yang saya yakin lebih banyak menghabiskan waktunya di depan TV dibanding bersosialisasi dengan anak seusianya.
Bagaimana dengan sang penggagas cerita dan pembuat sinetron itu sendiri? Apakah bisa dibenarkan jika mereka hanya mengeruk untung banyak sehingga tak lagi mempertimbangkan alur dan isi cerita yang dangkal dan dibuat-buat serta dipanjang-panjangkan?
Trus bagaimana dengan sang artisnya sendiri? Apakah mereka tetap menerima pekerjaan lantaran tak peduli dengan isi dan plot cerita yang walaupun menjiplak ataupun tak berkualitas yang penting mampu menaikkan kepopulerannya di mata masyarakat Indonesia .
Bagaimana dengan peran Pemerintah yang hingga hari ini pihak-pihak berwenang tak juga menghentikan tayangan mimpi-mimpi indah serta unjuk kemewahan yang dapat dipastikan selalu ada dalam setiap judul sinetron Indonesia.
Seperti yang diungkap Dalang Wayang Cengblonk di Denpasar, sinetron hari ini lebih banyak dihiasi rumah maupun mobil mewah, kolam renang dan selingkuh.
Siapa yang patut disalahkan jika generasi muda bangsa ini tidak bisa mengharumkan nama bangsa lewat intelegensianya beradu dengan negara lain apalagi mampu mengembangkan dan bersaing didunia teknologi ini?
Mungkin sudah saatnya menyadarkan diri sendiri akan pentingnya masa depan anak-anak bagi bangsa ini. [b]
Basi….
Saya sangat setuju kalau ada yang bilang sinetron sekarang, apalagi untuk anak-anak, betul-betul MENGHANCURKAN pola pikir anak-anak kita. Kalau ada yang baik, hanya 1 ~ 2. Yang jelas banyak hal-hal yang tidak masuk akal, atau begitu banyak kebetulan, sering ada keajaiban, dan ini semua cepat atau lambat akan meracuni pola pikir anak-anak kita. Waspadalah,… Waspadalah…..!
suatu karya bisa dkatakan sebuah seni jika karya tersebut memberikan keindahan, inspirasi positif, atau sesuatu yang dapat mendorong kita menciptakan sesuatu yg positif..
tapi untuk karya sinetron indonesia apakah layak dikatakan sebuah seni? saya rasa TIDAK..
saran saya bagi penonton yg dendam, atau kebencian sangat mendalam kepada sinetron indonesia (sama kayak saya) ini provokasi saya : jangan pernah nonton film indonesia lagi. lebih enak main game FPS atau RTS. jangan biarkan sinetron indonesia merusak otak dan kecerdasan anda. bermain game dapat meningkat kemampuan analitis berpikir anda. tak ada gunanya mengharapkan manfaat dari perfilman indonesia yg kacau ini.