Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun ini tampak berbeda.
Presiden Joko Widodo untuk pertama kali membukanya. Prancis pun turut serta menarik perhatian khalayak saat pawai pembukaan. Prancis menghadirkan boneka raksasa dari Sanggar Les Grandes Personnes.
Pertunjukan Les Grandes Personnes yang tampil di PKB 2016 adalah sebuah momentum penting untuk Prancis dan Bali. Ini adalah pertama kalinya Prancis berpartisipasi dalam PKB sebagai tamu kehormatan.
Pertunjukan ini juga adalah penutup rangkaian Printemps Français (Festival Musim Semi Prancis) ke-12 skala nasional yang berlangsung sejak 28 April 2016 di 10 kota di Indonesia: Bali, Balikpapan, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Malang, Makassar, dan Semarang.
Kehadiran boneka raksasa ini disambut riuh penonton pawai. Belum juga mulai memasuki jalur pawai, banyak penonton sudah berkerumun mendekatinya untuk berfoto bersama maupun bercengkerama. Selama pawai, tak jarang penonton berusaha mendekati boneka raksasa ini karena penasaran.
Setelah meramaikan pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo, Les Grandes Personnes kembali hadir menghibur penikmat seni di Bali pada hari Minggu, 12 Juni 2016, di panggung terbuka Ksiraarnawa, Art Center.
Penonton yang berlalu lalang di sekitar panggung terbuka Ksirarnawa segera mencari tempat duduk setelah mendapat pengumuman dari MC bahwa sebentar lagi teater boneka raksasa Les Grandes Personnes dari Prancis akan tampil. Tak lama kemudian, tepat pukul 8 malam, salah satu boneka raksasa yang dalam cerita ini adalah anak perempuan dari sebuah keluarga, memasuki panggung sambil berdansa.
Lalu disuul oleh 3 boneka raksasa lainnya. Selama kurang lebih 30 menit, keempat boneka raksasa ini berdansa-dansa di atas panggung, lalu turun ke arah penonton dan menari-nari di tengah kerumunan orang yang hadir.
Pertunjukan malam itu disambut meriah oleh penonton PKB ke-39. Terbukti dengan padatnya penonton yang hadir, yang memenuhi area panggung terbuka Ksiraarnawa hingga duduk di tangga masuk panggung Ardha Chandra. Tak ingin melewatkan momen, penonton pun berbondong-bondong memotret Les Grandes Personnes dengan kamera dan ponsel mereka.
Christophe Evette, salah satu tim Les Grandes Personnes, pada pertemuan wartawan yang diadakan di Urban Café Renon, Sabtu 11 Juni 2016 pukul 10 pagi, menyampaikan bahwa kedatangan mereka tahun ini ke Bali bukan semata-mata untuk mengisi pertunjukan Printemps Français dan PKB.
“Kami juga ingin menjalin kerjasama dengan komunitas seni di Bali yang sesuai dengan bidang mereka, yakni teater boneka raksasa,” jelasnya.
Kerja sama ini kemudian akan ditindaklanjuti dalam bentuk residensi seniman, dan akan direalisasikan menjadi pertunjukan kolaboratif untuk tahun mendatang.
Sanggar teater boneka Les Grandes Personnes (“Orang-orangan Raksasa”) dibentuk pada 1998 di Aubervilliers, Paris. Sanggar Les Grandes Personnes membawa kreasi seni pahat dan ukir multimedia (kertas, kayu, plastik) ke ruang publik dengan memadukan seni visual dan seni pertunjukan. Mereka memulai kreasi dengan membentuk dan menampilkan boneka raksasa setinggi 4 meter yang dipadukan dengan drama.
Seni boneka raksasa dari Prancis ini sebenarnya mirip dengan seni instalasi patung khas Bali bernama Ogoh-ogoh yang selalu dibuat dan diarak di jalan untuk menyambut Hari Nyepi di Bali. Namun, cara permainannya lebih mirip kesenian Barong Landung khas Bali atau Ondel-ondel khas Betawi.
Boneka tersebut menjadi wahana penciptaan imajinasi dalam cerita daerah ataupun adaptasi naskah drama populer seperti Romeo and Juliet karya Shakespeare. Beranggotakan lebih dari 30 seniman beragam latar; seniman visual, pelukis, aktor, pemain sirkus, dalang, penari, musisi, perancang busana dan lain-lain, Les Grandes Personnes membongkar sekat pemisah seni visual dan seni pertunjukan, seni moderen dan seni tradisional serta antara kerajinan tangan.
Hasilnya, sebuah pertunjukan teater jalanan yang unik dan mencengangkan.
Les Grandes Personnes telah berpartisipasi dalam berbagai festival di Prancis maupun negara lain. Mereka juga menggelar secara rutin lokakarya membuat boneka raksasa dari kertas koran atau bahan daur ulang lain yang inovatif dan mengandalkan sumber lokal. Bersama Institut Prancis setempat, Les Grandes Personnes turut membantu berdirinya sanggar teater boneka raksana di berbagai kota seperti Boromo di Burkina Faso, Suenos de Mach di Valparaiso, Chili dan Giant Match di Afrika Selatan serta Marionetas Gigantes di Maputo, Mozambik.
Harapan mereka, dengan terbentuknya sanggar lokal ini maka keluarga boneka raksasa pun tersebar dan akan tetap lestari. Selain itu, Les Grandes Personnes telah tampil antara lain di Festival Cahaya (Fete des Lumieres) yang merupakan festival tahunan dan menjadi ciri khas kota Lyon di tahun 2013 dan menggelar teater dengan suasana yang lebih akrab melalui lakon À la Corde (2008), La Ligne Jaune (2012) dan La Bascule (2014) yang merekam ulang jejak Prancis sebagai negara Eropa terakhir yang menghapus hukuman mati. [b]