Banyak hal bisa diceritakan tentang Desa Pejeng.
Desa ini berusia lebih dari sepuluh abad. Dulu, dia dikenal sebagai pusat kerajaan Bali dengan Dinasti Warmadewa sebagai penguasa. Ada pula cerita tentang berbagai pura, situs dan peninggalan purbakala di sekitar desa.
Namun BIODIVERSENI adalah cerita sedikit berbeda. BIODIVERSENI adalah projek kolaborasi yang menggabungkan teknik pemetaan dengan seni ilustrasi, untuk menerjemahkan data tentang biodiversitas dan sosial-budaya yang dimiliki Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Hasil pemetaan wilayah, aset biodiversitas serta beragam peninggalan sejarah yang ada di Pejeng akan diceritakan lewat infografis, karya visual dan ilustrasi.
BIODIVERSENI merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Desa Pejeng dengan Bali Lite Institute yang mendapat dukungan dari Dana SAM untuk Seni & Lingkungan serta Rujak Center for Urban Studies. Bali Lite Insitute juga berkolaborasi dengan ilustrator muda dari Bali, Monez Gusmang yang menerjemahkan hasil pemetaan ke dalam gambar ilustrasi yang penuh warna dan imajinatif.
Banyak sekali kekayaan informasi yang berhasil kami gali dari desa ini. Keberadaan 67 pura dan ratusan arca purba yang tersebar hingga ke pura-pura keluarga di rumah penduduk, salah satunya.
Contoh lain, kami juga berhasil mengidentifikasi 53 jenis burung dan beranekaragam satwa dan tanaman. Ada juga informasi tentang sejarah, mitos, kearifan lokal, kuliner dan potensi ekonomi Pejeng.
Ada harapan dari Kepala (Perbekel) Desa Pejeng Cok Agung Pemayun agar projek ini tidak berhenti pada pemetaan keragaman biodiversitas dan sosial saja melainkan menjadi modal pengaturan tata ruang di Desa Pejeng. Dengan begitu, perencanaan dan anggaran pembangunan dapat dialokasikan dengan tepat guna.
Menurut Cok Agung, pemetaan Pejeng menjadi penting karena desa akan memiliki data yang valid dan komprehensif untuk menjadi dasar perencanaan tata ruang desa ke depannya. Peta ini akan menjadi bahan advokasi tentang pengaturan ruang di desa.
“Desa itu adalah republik kecil dan kami ingin mengaturnya sebisa dan sebaik mungkin. Dengan begitu, barulah negara bisa berkembang,” ujarnya.
Pameran akan dibuka pada Sabtu, 24 Oktober 2015 pada pukul 18.00 mendatang di Wantilan Pura Penataran Sasih Pejeng dengan Nekara Bulan Pejeng sebagai saksi. Pameran akan berlangsung dari tanggal 24 Oktober – 31 Oktober 2015 mendatang. [b]
Untuk info lengkap silakan menghubungi:
Eve Tedja (+62 811 38 7757)/ lopulalaninstitute@gmail.com