Nomor urut sudah didapatkan. Wayan Koster dan Cok Ace mendapat nomor urut 1, sedangkan Rai Mantra dan Ketut Sudikerta di nomor 2. 2 pasangan ini berlomba menjadi nomor 1 di Bali. Nomor 1 untuk 2 orang.
2 angka sebagai simbol dimulainya pesta demokrasi dengan berbagai aksi dan kreasi demi mencuri hati sang pemilih. Rakyat yang katanya adalah representasi dari suara Tuhan untuk menentukan pemimpin mereka di 1 periode selama 5 tahun.
Secara personal sudah cukup muak dengan politik dan hukum yang makin kesini makin menggerogoti otak hingga merangsek ke kehidupan personal. Seakan racun yang perlahan membunuh. Jika dibiarkan akan mati begitu saja. Tapi alangkah baiknya jika kita pelajari karakternya.
Ini kali pertama memotret politik sampai sedekat ini, hingga bisa mengarahkan Ketut Sudikerta untuk membuat gestur 2 jari seperti yang ada di salah satu frame foto saya.
Saya berusaha mendekat agar nantinya pada 27 Juni 2018, 1 suara milik saya bisa digunakan dengan baik. Tidak 0 karena ada kemungkinan suara 1 saya digunakan oleh pemeran pengganti yang bukan saya.
Setelah nomor 1 dan 2 ini dikukuhkan. Pesta akan dimulai dan saya berharap bisa menjadi pesta yang bisa dinikmati khalayak. Bukan demokrasi tanpa aksi tapi banyak bunyi. Entah benar atau tidak tapi tak bijak jika hanya dilontarkan. Ada baiknya dalam suasana ‘pesta’ ini kita melihat ke dalam diri dan memakai nurani lalu memilih yang terbaik menurut hatimu.
Siapapun itu, tanpa teracuni oleh kata-kata sang penghasut dari kedua belah pihak.
Dalam proses memotret inipun saya mencoba berpesta dengan kamera kecil, 1 lensa 17mm / 34mm full frame dan memotret sejarah yang akan membawa Bali dalam 5 tahun ke depan. Berlari ke satu titik ke titik lain – sliding seperti pesepakbola proofesional memasuki celah kecil di bagian bawah demi sudut pandang – mengolah otak dan rasa menjadi visual – mengajak badan bergerak sembari berolahraga dan membakar lemak perut – melepaskan ego yang terkekang ribuan peraturan dan berpesta.
Silakan dinikmati kawan
#everydaybali #catatanvisual