Teks dan Foto Supardi Asmorobangun (Bali Clean Up)
Dari ujung paling utara hingga paling selatan Bali, warga bersama membersihkan sampah dalam Bali Clean Up Day (BCU).
BCU Day acara bebersih lingkungan yang didukung oleh 31 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang serentak digelar Minggu pekan lalu di 19 lokasi terpisah di seluruh Bali. Dari ujung utara hingga paling selatan pulau dewata.
Sembilan belas lokasi tersebut termasuk Tejakula, Lovina, Bedugul, Ubud, Mengwi, Kuta, Kedonganan, Suluban, Padang-padang, Uluwatu, Nusa Dua, Tanjung Benoa, Pelabuhan Benoa, Pulau Serangan, Padang Sambian dan Sanur.
Ketua panitia, Nunie Kneip dari Rotary Club Nusa Dua, mengatakan bahwa sukses kegiatan ini menjadi bukti bahwa seluruh masyarakat Bali mulai peduli terhadap permasalahan sampah plastik yang tidak hanya mengancam industri pariwisata, tapi juga menjadi momok timbulnya berbagai bencana seperti banjir dan timbulnya penyakit.
Sebab, untuk pertama kali sebanyak lebih dari 30 lembaga swadaya masyarakat (LSM) duduk bersama memikirkan permasalahan dan ancaman sampah.
“Ini bukti bahwa sebenarnya kita semua merasakan perlunya menciptakan dan mengembalikan citra Bali bersih. Terutama untuk mendukung program pemerintah menciptakan Bali sebagai clean and green province tahun 2013 mendatang,” ujar Nunie.
Menurut Nunie, Bali Clean Up (BCU) Day ini kampanye awal sebagai brain-storming. “Untuk jangka panjang, kami telah memperkenalkan Organic Waste Tank (OWT), sebuah cara sederhana menangani sampah,” tambahnya. Untuk tahap awal, OWT baru diperkenalkan kepada sekolah-sekolah yang berpartisipasi dalam kegiatan BCU.
“Kalau hanya memungut sampah, besok orang akan membuang sampah yang sejenis lagi. Dengan OWT, kita mencoba mengenalkan penanganan sampah mulai dari rumah dan sekolah,” kata Nunie.
Menurutnya kalau program murah meriah ini berhasil, Bali tidak lagi memerlukan TPA (tempat pembuangan akhir). Semua sampah organik rumah tangga bisa diolah menjadi pupuk cair organik dan sampah non organik diolah dan daur ulang menjadi produk yang layak jual.
Selain Rotary Club sebagai pemrakarsa, acara juga didukung berbagai yayasan dan lembaga swadaya masyarakat pemerhati lingkungan. Di antaranya Bali International Women Association (BIWA), Bali Hotel Association (BHA), Ubud Hotel Association (UHA), Bali Tourism Development Corporation (BTDC), Gelombang Udara Segar (GUS), Eco Bali, Bali Fokus, Bhakti Bumi Bali, Green Heart Family Udayana, International Vegetarian Association (IVA), Reef Check International, Indo Yacht, Indo Channel, Jimbaran Lestari, dan beberapa media publikasi termasuk Bali & Beyond, Bali Advertiser, Ubud Community News, Now Bali, The Beat, Paradise FM, Hard Rock Radio dan Oz Radio.
Dari 19 lokasi Clean Up, terkumpul kurang lebih delapan truk sampah plastik. “Semestinya bisa lebih banyak yang bisa terkumpul, tetapi sejak pagi hampir seluruh lokasi diguyur hujan, dari Uluwatu, Sanur hingga Mengwi,” ujar Mulyono, koordinator lapangan.
“Di satu lokasi di Mengwi saja terkumpul dua truk sampah plastic. Sayang karena hujan deras mereka hanya bisa bergerak di lingkungan sekolah. Padakah rencana semula murid murid dari empat SMU di Mengwi bermaksud melanjutkan acara Clean Up di Taman Ayun,” kata Mulyono.
Dari pinggir utara pulau Bali, acara clean up digelar dipantai Camplung desa Tejakula. Reef Check mengkoordinatori kegiatan beserta murid SD kelas 5 SD Negeri 1 dan SD Negeri 2 Tejakula dan didukung masyarakat setempat dan para wisatawan mancanegara.
Kegiatan diawali dengan sebuah permainan yang dipimpin oleh Made “Bom-bom” salah satu dari Staff GAIA-OASIS. “Anak-anak harus semangat dan senang terlebih dahulu, sebelum melakukan clean Up,” Ungkap Bom-bom. Setelah dibagi dalam tiga kelompok, aksi Beach Clean Up dimulai serentak dengan Underwater Clean Up (pembersihan bawah air).
Tim memulai kegiatan bersih-bersih tepat pukul 08.00 WITA dan berakhir pada pukul 09. 15. selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan penimbangan sampah, ramah-tamah serta yang paling unik, adanya cerita tentang “kenapa harus sering bersih-bersih?” dari Mr. John yang merupakan Guest dari Bungalow.
Di akhir cerita tentang sampah, dibagikan kepada setiap murid sebuah Buku Tulis Konservasi beserta Anorganik Sign, yang diharapkan dapat menjadi pemicu dan pengingat akan selalu membuang sampah pada tempatnya di mana pun dan kapan pun.
Adapun hasil clean up di darat maupun di bawah air, terdapat 9 karung yang berisi sampah penuh dengan bobot sekitar 2-4 Kg tiap karung.
Di ujung selatan pulau dewata, sekitar 60 peselancar dan pegawai Ripcurl didukung masyarakat setempat berhasil mengumpulkan dua truk sampah plastik dari kawasan Uluwatu, Suluban, Padang-padang dan Blue Point.
“Kalau tenaga dan peralatan mencukupi, sebenarnya lebih dari lima hingga 10 truk bisa kami kumpulkan. Tetapi lokasi surfing sangat terjal dan sulit dijangkau. Kami akan kembali dalam waktu dekat untuk mengangkut dan membenahi sampah berserakan terutama di kawasan Blue Point,” ujar James Hendy dari Rip Curl sebagai coordinator lapangan untuk tiga wilayah Clean up di Bali paling selatan ini.
Karena alasan medan yang cukup sulit, panitia tidak bisa melibatkan anak anak sekolah. Terlalu berat dan berbahaya. Juga wilayah Uluwatu, Suluban, Padang-padang dan Bluue Point terpaut jauh satu sama lain, cukup jauh dari lingkungan sekolah. “Mereka tidak aman untuk berjalan kaki dari sekolah menuju lokasi,” kata James. [b]