Tambatan kapal Rainbow Warrior melekat kuat di pelabuhan Benoa, Bali.
Acara penyambutan aktivis Greenpeace dilakukan dengan sederhana. Band asal Bali Navicula menemani acara sambutan tersebut dengan beberapa lagu lingkungan yang dibawakannya.
Lepas istirahat siang puluhan aktivis lingkungan yang selama ini fokus pada masalah- masalah lingkungan baik dari Bali maupun Nasional bersatu mencari jalan keluar menuju laut Indonesia yang lestari.
Dalam sambutannya Direktur Greenpeace Indonesia Longgena Ginting mengungkapkan harapannya untuk bersama-sama menyelamatkan laut Indonesia.
Acara kemudian dilanjutkan dengan beberapa paparan tentang gambaran kelautan Indonesia saat ini serta kondisi laut di Bali yang disampaikan oleh Suriadi Darmoko. dari Walhi Bali. Beberapa hal temuan terkait kerusakan di laut dipacu oleh perkembangan aktivitas manusia seperti kegiatan wisata, pembangunan jalan yang perlahan namun pasti mengikis sedikit demi sedikit kualitas laut Bali. Kerusakan terjadi di pantai, mangrove, padang lamun, karang dan lainnya.
Selain itu, dalam pertemuan ini puluhan Lembaga Swadaya Masyarakat, lembaga lingkungan lainnya serta perorangan membahas tentang Visi Kelautan Indonesia sampai tahun 2025. Puluhan aktivis lingkungan menumpahkan pemikirannya untuk mewujudkan laut Indonesia yang terpulihkan, sehat dan terlindungi.
Betapa tidak, selama ini telah terjadi praktek perikanan illegal yang merusak sehingga kehidupan masyarakat nelayan menjadi terpinggirkan.
Masalah kelautan tak cukup sampai di situ, tidak fokusnya para pemangku kepentingan dalam upaya penyelamatan laut Indonesia makin menambah panjang luka laut kita. Untuk itu forum ini menyatukan visi untuk mewujudkan pengelolan perikanan yang bertanggungjawab, berkelanjutan dan berkeadilan untuk kedaulatan pangan dan kesejahtraan rakyat Indonesia.
Forum ini mendukung penuh pembangunan berkelanjutan tanpa pengerusakan lingkungan, acara dipandu Arifsyah M Nasution dari Greenpeace dengan menetapkan 10 butir kesepakatan. Acara diakhiri dengan penandatanganan visi bersama di samping kapal Ranbow Warrior.
Sebagai tambahan, berikut ada pernyataan media yang dikirimkan Greenpeace Indonesia.
Greenpeace Indonesia secara resmi meluncurkan Kampanye Laut dan mengajak publik untuk bergabung menjadi “Ocean Defender”. Kampanye ini merupakan kampanye terbaru Greenpeace Indonesia dan diluncurkan pada saat kapal Greenpeace, Rainbow Warrior, tiba hari ini di Benoa, Bali.
Kunjungan di Bali merupakan bagian dari perjalanan kapal legendaris ini selama satu bulan di Indonesia yang dimulai pada tanggal 9 Mei di Jayapura, Papua dan akan berakhir pada tanggal 10 Juni di Jakarta.
Arifsyah M. Nasution, Jurukampanye Laut Greenpeace Indonesia mengatakan selama tiga minggu berlayar dari Papua mereka menyaksikan dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati Indonesia yang luar biasa. “Namun keberadaannya sangat rentan berada di bawah ancaman serius,” katanya.
Itulah sebabnya saat ini Greenpeace meluncurkan kampanye laut di Indonesia. Kampanye ini bertujuan untuk mendukung terciptanya pengelolaan perikanan yang adil dan berkelanjutan.” Kami juga bekerja menuju pembentukan jaringan kawasan perlindungan laut yang efektif serta memastikan akhir praktek penangkapan ikan yang merusak dan penangkapan ikan yang berlebihan, yang mengancam mata pencaharian lokal, ekosistem laut dan keanekaragaman hayati,” tambah Nasution.
“Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia akan memainkan peran kunci dalam menyuarakan dan memberikan solusi untuk memperkuat inisiatif regional dan global terhadap penggunaan sumber daya dunia lautan yang adil, bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta perlindungan keanekaragaman hayati,” Arifsyah menambahkan.
Perairan laut Indonesia adalah salah satu habitat pesisir dan laut yang paling beragam di dunia. Terumbu karangnya merupakan yang paling kaya di dunia, dengan sekitar 590 tercatat spesies karang keras. Dalam terumbu ini berada populasi kaya dan beragam ikan dan spesies laut lainnya, dengan setidaknya 2.200 jenis ikan karang tercatat.
Namun, para ahli mengidentifikasi terumbu karang negara itu sebagai salah hotspot keanekaragaman hayati yang paling terancam di dunia, beresiko dari penangkapan ikan berlebihan, polusi dan perubahan iklim.
Pada kesempatan ini, Greenpeace juga meluncurkan laporan laut “Oceans in the Balance, Indonesia in Focus”, menyoroti pada harta karun laut yang dimiliki Indonesia, ancaman terhadap ekosistem laut Indonesia, dan solusi nyata tentang bagaimana mempertahankan laut.
Suariadi Darmoko dari Walhi Bali menambahkan mayoritas pariwisata Bali didukung oleh pesisir dan kelautan, di mana laut menjadi tujuan dan obyek pariwisata. “Tak hanya itu, pesisir dan laut juga tempat ritual keagamaan seperti melasti dan sandaran hidup nelayan. Oleh karenanya, laut harus dihindarkan dari praktek eksploitasi dan pencemaran sehingga semuanya berjalan selaras,” ujarnya.
“Untuk Bali, cara sederhana yang sangat mungkin dilakukan adalah dengan tetap menjaga keberlangsungan hutan mangrove di Bali dan hotel yang berada di daerah strategis pariwisata untuk tidak membuang limbahnya ke laut. Keberlangsungan ekosistem laut adalah keberlanjutan hidup manusia,” tegas Suriadi.
Longgena Ginting menyimpulkan lautan dan hutan adalah masa depan kita. “Kami mempunyai visi Lautan Indonesia 100 persen bebas dari praktik penangkapan ikan ilegal dan merusak, terlindungi dari bahaya, dan dijaga oleh komunitas lokal yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya lautan mereka. Visi ini dapat dicapai jika pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia bekerja sama. Lindungi Laut Indonesia, Jadilah Ocean Defender!” ujarnya. [b]