Sanur, salah satu tempat di mana kita bisa menikmati matahari terbit terbaik dari pesisir pantai.
Di tempat ini juga menjadi saksi perjalanan cinta antara Adrian Jean Le Mayeur de Mepres dengan Ni Nyoman Pollok yang bisa kita lihat pada bangunan museum Le Mayeur. Dalam sejarahnya, Le Mayeur dilahirkan pada 9 Februari 1880 dalam keluarga bangsawan Belgia yang kemudian tumbuh menjadi pelukis dengan bakat yang didapatkan dari ayahnya yang juga pelukis.
Ayahnya sempat tidak menginginkan Le Mayeur menjadi pelukis. Meskipun begitu, dia tetap belajar dengan berguru pada Ernest Blanc Garin dan berkeliling dunia untuk melukis. Misalnya ke Perancis, Italia, maroko, Tunisia, Aljazair, India, Thailand, kamboja, Tahiti dan Bali pada 1932. Singaraja adalah kota pertama yang didatangi, yang melanjutkan perjalanan ke Denpasar dan menyewa rumah di Banjar Kelandis.
Di sinilah dia berkenalan dengan Ni Nyoman Pollok yang saat itu menjadi penari Legong. Kecantikannya membuat Le Mayeur menjadikannya model untuk lukisannya dan setelah beberapa tahun setelah Le Mayeur pameran di Singapura, mereka menikah tahun 1935 dengan adat Bali.
Ilmu arsitektur yang diperolehnya di Universitas Libre, Brussel pada 1897 sangat membantunya ketika mendirikan rumah di lahan seluas 32 are di Sanur. Ukirannya Bali yang kita lihat sekarang di sana, dikerjakan oleh Ida Bagus Made Mas, sedangkan bingkai lukisannya dikerjakan oleh Ida Bagus Ketut Bagus yang sama-sama berasal dari Sanur.
Le Mayeur semakin dikenal dengan karya-karyanya, hingga membuat banyak pejabat tinggi datang ke rumahnya. Presiden Soekarno, Perdana Menteri Nehru, hingga Pak Bahder Djohan yang saat itu menjadi Menteri Pendidikan pengajaran dan Kebudayaan RI sampai memiliki ide menjadikan rumah Le Mayeur sebagai museum.
Setelah dijadikan museum, perubahan seperti memasang gedeg, lantai ubin. Pada 1 April 1959, Ni Pollok memesan patung setengah badang Le Mayeur dari batu karang pada I Made Panti yang ditempatkan di belakang kolam ikan untuk mengenang Le Mayeur yang meninggal pada 31 Mei 1958 karena kanker telinga. Pada patung itu, dipahatkan kata-kata “In Loving Memory of A.J. Le Mayeur de Merpres. Born: February 9, 1880 Bruxelles, Belgium”. Ni Nyoman Pollok meninggal pada 27 Juli 1985, sedangkan patung yang bersanding di samping patung Le Mayeur baru dibuat tahun sekitar tahun 2006.
Penambahan lainnya adalah Bale Pecanangan disamping bangunan utama, yang digunakan dulunya untuk membuat sesaji, mengajar anak-anak menari, juga menenun. Tahun 1963 bangunan ini diperlebar dan jadi tempat menjual suvenir, kemudian didepan bangunan ini dibuatkan Bale Bengong. Pelinggih Penyawangan Pura Kahyangan, Pelinggih Ratu Segara, Pelinggih Dalem Peed dan Ratu Gede juga ditambahkan disana.
Museum Le Mayeur setiap harinya cenderung sepi, terlihat hanya beberapa turis dari luar negeri yang mampir. Sebanyak 88 koleksi lukisan yang dibuat dari periode tahun 1921 sampai 1957 juga dalam kondisi yang semakin memprihatinkan. Warna yang mulai memudar, bagian-bagian kecil yang mengelupas, cat yang pecah, bahkan ada beberapa lukisan yang sudah mulai robek karena kondisi alam dan tenaga restorator yang kurang memadai. Sampai saat ini hanya konservasi manual dengan membersihkan debu lukisan dengan kuas halus.