Jumat, 19 Oktober 2018, pukul 19.30 WITA.
Sejumlah pemuda usia 18 hingga 30 tahun berkumpul di toko retail yang buka 24 jam di Jalan Dipenogoro Denpasar. Para pemuda ini sibuk membungkus nasi sumbangan dan air mineral ke dalam kantung plastik dari para dermawan.
Mereka relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali (KNB). Komunitas ini secara sukarela meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya setiap minggu untuk melakukan pembagian nasi untuk kaum Dhuafa.
Sasaran malam itu adalah para lansia yang masih bekerja. Kali ini mereka membagikan seratus bungkus nasi.
Tepat pukul 8 malam waktu setempat, KNB bersiap-siap untuk membagikan nasi bungkus. Sebelumnya para relawan melakukan doa bersama agar agenda pembagian nasi bungkus ke kaum dhuafa berjalan dengan lancar.
Muhammad Imran Syaban koordinator kegiatan membagi para relawan menjadi tiga tim. Tim pertama membagikan nasi di seputaran jalan Sesetan, disusul dengan Tim kedua membagikan nasi disekitaran daerah Monang-Maning, dan tim ketiga membagikan nasi bungkus di kawasan Ubung dan Jalan Cokroaminoto Denpasar.
Ketiga tim Relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali pun bergegas membagikan nasi bungkus sesuai dengan arahan koordinator. Ketika di jalan banyak para lansia yang sudah sepuh tetapi masih bekeja untuk mendapatkan rezeki demi menghidupi keluarga mereka. Ada buruh angkut sampah, pedagang asongan, buruh angkut kasar, juru parkir, hingga tuna wisma.
Tanpa Lelah
Menyusuri Kota Denpasar yang begitu ramai dengan padatnya kendaraan sambil membagikan nasi bungkus bukan perkara mudah. Untungnya para relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali dengan cekatan membagikan nasi bungkus ke kaum dhuafa tanpa kenal lelah.
Nesa Wilda Musfia salah satu relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali mengaku sangat senang dengan kegiatan bagi-bagi nasi komunitas tersebut. Ia berujar melalui kegiatan ini ia dan para relawan dapat berbagi kebahagiaan dengan cara yang begitu sederhana.
“Seneng banget ikutan kegiatan komunitas ini. Selain berbagi kebahagiaan, kita dapat mengasah kepeduliaan kita terhadap kaum dhuafa. Saat kita bisa makan tiga kali sehari, mereka belum tentu setiap malam bisa santap malam bersama keluarga,” ungkapnya. [b]