Bali merupakan salah satu pusat destinasi wisata yang sangat populer di Indonesia, karena banyak keunggulan yang dihasilkan oleh pulau Bali itu sendiri seperti banyaknya pilihan akomodasi, harga murah, berbagai pusat kuliner mudah ditemukan dan tentunya yang menjadi ciri khas dari destinasi wisata Bali adalah seni dan budaya yang selalu ditampilkan.
Bali memiliki tempat yang kerap tidak asing bagi para wisatawan, yakni diantaranya Danau Beratan Bedugul, Pura Tanah Lot, Garuda Wisnu Kencana dan sekitarnya. Adapun Pantai yang tidak pernah sepi pengungjung ialah Kuta, Legian, Seminyak, dan Sanur. Bali juga dikembangkan melalui wisata edukasi seperti kebun Binatang (Bali Zoo), museum tiga dimensi, taman bermain hingga penangkaran kura – kura & penyu. Bali juga kembali mendapat penghargaan tingkat dunia di Travelers’ Choice Award For Destination for Destination yang menobatkan pulau dewata sebagai destinasi tepopuler kedu ditahun 2023 mengungguli London dan Paris.
Hal ini dinyatakan berdasarkan indiator penilaian Travelers’ Choice Award For Destinations berdasarkan pada kualitas dan kuantitas ulasan selama periode November 2021 – Oktober 2022. Adapun kategori lain yang membuat Bali mendapat pengharagaan ialah : akomodasi, restoran, dan hal menarik lainnya yang dilakukan di tempat wisata. (Kemenparekraf/Baparekraf RI:2023)Tentunya dengan peningkatan pusat wisata di Bali dan juga kunjungan wisatawan membuat Bali mengalami kepadatan pariwisata.
Hal ini juga membuat beberapa orang dari wilayah luar Pulau Bali, mencoba untuk menetap dan mencari pencahariaan di Bali yang membuat hampir sebagian jalanan Bali Selatan seperti Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan setiap harinya mengalami kemacetan. Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, Total jumlah kendaraan di Bali tahun 2023 sebanyak 5.061.351 unit (Bali Post:2024).
Selain itu, penulis juga mengamati bahwa banyak wisatawan lokal yang berkunjung ke Bali membawa kendaraan pribadi dengan pelat dari luar Pulau Bali. Hal inilah yang membuat penulis merasa geram terhadap perilaku wisatawan lokal yang membawa kendaraan pribadi berplat luar Bali, yang sebagian besar adalah plat B. Jika dikatakan bahwa Bali tidak memiliki atau menyediakan layanan penyewaan mobil atau motor, menurut saya, saat ini tidak ada kota atau daerah wisata yang tidak menyediakan rental motor atau mobil untuk digunakan mengunjungi tempat-tempat wisata.
Mengapa wisatawan lokal tidak memilih untuk menyewa kendaraan saja daripada harus membawa kendaraan pribadi, yang justru memperparah kemacetan di Denpasar dan sekitarnya? Menurut saya, menyewa kendaraan di Bali tidak hanya akan mengurangi kemacetan, tetapi juga akan membantu meningkatkan UMKM lokal, yang dapat mendorong perputaran ekonomi lokal dan nasional. Menariknya, lebih banyak wisatawan asing yang memilih untuk menyewa kendaraan pribadi di Bali.
Hal inilah yang juga menjadi pertanyaan penulis: bagaimana tindakan pemerintah daerah dalam menangani kemacetan ini. Salah satu Anggota Komisi VI DPR RI dapil Bali Putu Supadma Rudana mengatakan bahwasanya kemacetan di Bali tidak hanya terjadi menjelang liburan saat Natal dan Tahun Baru saja. Jumlah kendaraan pribadi di Provinsi Bali pada tahun 2023 adalah 524.619 unit. Dan Menurut Putu Supadma Rudana dengan adanya peluncuran Bus Sarbagita atau Trans Metro Dewata ternyata hal ini tidak efisien. Adapun hal yang membuat tidak efisien ialah karna masyarakat masih kurang aware akan transportasi publik sebagai kebutuhan untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Juga belum disediakannya jalur khusus untuk Sarbagita dan Trans Metro Dewata, sehingga dianggap sama aja, akan merasakan macet.
Kalau nantinya dibuatkan jalur khusus, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga mengatakan bahwasannya permasalahan kemacetan di Bali harus dicarikan solusi karena akan berdampak negatif terhadap peningkatan daya tarik wisatawan. “Karena (wisatawan) kalau terganggu, tidak nyaman karena kemacetan maupun kehilangan kenyamanan saat berada di Bali tersebut akan berdampak secara signifikan. Bukan hanya untuk Bali tetapi juga untuk destinasi pariwisata Indonesia lainnya. Jadi kami tengah mencari solusi yang terbaik,” kata AHY dikutip dari Antara News.
Tentunya keramaian bukan menjadi hal yang lumrah dalam industri pariwisata, namun dengan semakin meningkatnya urbanisasi di Bali memunculkan berbagai permasalahan seperti, keamanan pariwisata, manajemen destinasi, serta merusak citra destinasi. Dan secara umum, pemaknaan keramaian dianggap sebagai evaluasi negatif. (Nolan, 1976; Schmidt dan Keating, 1979) karena beberapa faktor sapsial, sosial, dan individu (Stokols, 1972).(Antrean sejumlah kendaraan yang melintas saat kondisi arus lalu lintas padat di Jalan Cokroaminoto, Denpasar, Kondisi padat arus lalu lintas juga sering terjadi di beberapa ruas jalan yang ada di Kota Denpasar.
Kesimpulannya, pertama, masyarakat umumnya menganggap kemacetan di Kota Denpasar dan Badung sebagai masalah serius yang mempengaruhi pengalaman wisata mereka. Hal ini disebabkan oleh kepadatan lalu lintas yang tinggi terutama dikawasan wisata, waktu tempuh yang panjang, dan ketidaknyamanan yang dirasakan saat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Kedua, dampak negatif pada pariwisata. Kemacetan di Bali dipandang dapat menurunkan daya tarikwisata, mengurangi kenyamanan wisatawan, dan menurunkan kualitas pengalaman turis secarakeseluruhan. Pandangan ini juga mengaitkan kemacetan dengan persepsi kurangnya manajementransportasi publik dan infrastruktur jalan yang memadai di kawasan wisata utama.
Ketiga, harapan terhadap solusi transportasi dan infrastruktur. Masyarakat berharap pemerintah daerah dapat mengembangkan solusi transportasi yang lebih baik, seperti sistem transportasi umum yang lebih terintegrasi dan efektif, penambahan jalur alternatif, serta perbaikan infrastruktur jalan. Beberapa responden juga menyarankan penggunaan teknologi untukmemonitor dan mengatur arus lalu lintas.
Keempat, pandangan terhadap kebijakan pemerintah, Ada kesan bahwa sebagian besar merasa upaya pemerintah daerah dalam mengatasi kemacetan masih kurang efektif. Mereka menilai bahwa perlu adanya kebijakan yang lebih tegas dan inovatif, seperti penerapan sistem manajemen lalu lintas yang lebih baik atau pemberlakuan pembatasan kendaraan tertentu di jam-jam padat.
ReferensiNusa Bali (2022). Kemacetan Ancaman bagi Pariwisata Bali . Komisi VI : Perlu Kebijakan Politik untuk Mencegahnya https://www.nusabali.com/berita/132571/kemacetan-ancaman-bagipariwisata-baliBali Post (2024). KEMACETAN DI BALI TAK KUNJUNG ADA SOLUSI https://www.balipost.com/news/2024/06/29/406688/Kemacetan-di-Bali-TakKunjung…htmlKumparan News (2023). Penyebab Kemacetan Parah di Bali: Banyak Wisatawan dari Jawa Naik Mobil Pribadi https://kumparan.com/kumparannews/penyebab-kemacetan-parah-di-balibanyak-wisatawan-dari-jawa-naik-mobil-pribadi-21rivusiZJ4Antara News (2024) : Menko AHY: Kemacetan di Bali harus bisa dicarikan solusi terbaik https://www.antaranews.com/berita/4462833/menko-ahy-kemacetan-di-bali-harus-bisadicarikan-solusiterbaik?utm_source=antaranews&utm_medium=desktop&utm_campaign=popular_right