Oleh Luh De Suriyani
Rumah Sakit (RS) Sanglah Denpasar memastikan tidak ada kasus flu burung baru ditemukan di Bali, setelah melakukan pemeriksaan lengkap pada lima warga Kabupaten Karangasem yang dirujuk karena diduga suspect flu burung. Dua pasien dinyatakan mengidap pnemunio berat dan masih menjalani perawatan di RS rujukan flu burung di Bali ini.
Lima warga dari yang masih dirawat di RS Sanglah tersebut adalah bagian dari 44 warga Dusun Lebu, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen, Karangasem yang dirujuk ke rumah sakit karena mengalami infeksi yang nyaris sama yakni batuk, pilek, dan demam. Gejala umum infeksi flu burung ini mengkhawatirkan kepala desa setempat yang kemudian merujuk mereka ke RS Sanglah Denpasar dan RS Umum Amlapura, Karangasem. Lima pasien yang dinilai mengalami infeksi berat dirujuk ke RS Sanglah pada Sabtu (7/9) sore lalu. Sementara warga lainnya menjalani rawat jalan di Karangasem.
Mereka adalah Ni Nengah Rata, Sri Dianawati, Wayan Sudi, Wayan Dana, dan seorang bocah 10 tahun Ketut Sujana. Saat ini kelima pasien masih menjalani perawatan intensif di RS Sanglah.
”Kami sudah bisa memastikan bahwa tidak ada yang terinfeksi virus flu burung. Penyebab infeksi flu, batuk, dan demam mereka adalah bakteri,” ujar Dokter IGB Ken Wirasandhi, MARS., Sekretaris Pokja Penanggulangan Flu Burung RS Sanglah, Selasa (9/9) kemarin di RS Sanglah.
Kepastian negatif flu burung didapatkan setelah dilakukan dua kali tes laboratorium yang meliputi pemeriksaan sel darah putih dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Menurut dokter Ken, jika positif terinfeksi virus avian influensa (AI), maka sel darah putih pengidap akan menurun. Tapi sebaliknya, setelah dites, sel darah putih mereka tinggi. Maka dipastikan seluruh pasien terinfeksi bakteri bukan virus.
Mengenai penyebab banyaknya warga yang mengidap infeksi yang mengakibatkan gejala flu, batuk, dan demam itu, Dokter Ken mengatakan masih belum bisa dipastikan jenis bakterinya. ”Kami memerlukan waktu sampai tujuh hari untuk memastikan apa penyebab gejala infeksi massal di desa itu,” ucapnya.
Ken Wirasandhi memuji kesiapsiagaan Kepala Desa Lokasari, Sidemen yang dengan cepat mendata warganya yang mengalami infeksi flu, batuk, dan demam. Hal ini sangat dianjurkan dalam pencegahan dan pengobatan infeksi flu burung secara dini.
Karena berdasarkan pengalaman, dua orang suspect flu burung sebelumnya di Bali terlambat diberikan anti virusnya sehingga dengan cepat meninggal karena AI. Sampai kini, RS Sanglah telah menerima 26 pasien suspect flu burung. Dua di antaranya dinyatakan postif H5N1, penyebab flu burung itu dan akhirnya meninggal. Bali termasuk 10 wilayah di Indonesia yang melaporkan kasus infeksi ini.
Pokja Penanggulangan Flu Burung RS Sanglah juga masih terus melakukan simulasi cara perawatan dan pengobatan flu burung karena menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan pasien flu burung di Bali. Pokja ini beranggotakan sejumlah dokter spesialis seperti dokter spesialis penyakit dalam, paru, anastesi, laboratorium, dan forensik.
Dokter Ken mengingatkan warga untuk terus waspada pada gejala infeksi flu burung karena gejalanya seperti infeksi biasa yaitu batuk, sesak nafas, dan demam. ”Saya malah takut masyarakat Bali menganggap flu burung ini sama dengan tetelo atau Newcastle Disease (ND) yang di Bali lebih dikenal sebagai grubug,” tukasnya.
Grubug adalah istilah peternak untuk peristiwa kematian ternak secara massal dan tidak diketahui pasti penyebabnya. Grubug sering kali terjadi dan nyaris dianggap peristiwa rutin. Hal ini membuat longgarnya kewaspadaan peternak pada kemungkinan infeksi virus flu burung. [b]
Nice information, but I need further information about that. .