Sudah lama Bali Blogger Community (BBC) tak kopi darat.
Syukurlah malam minggu kemarin, komunitas ini mengadakan kerja sama dengan Black Canyon Coffee dalam acara BBC Ngopi Santai 2017. Acara ini diselenggarakan sekaligus sebagai ajang kopi darat (kopdar) bagi anggota BBC.
Untuk yang belum tahu, BBC adalah kumpulan anak yang dulunya muda dan senang ngeblog. Komunitas ini terbentuk pada tahun 2007, ketika booming blogging alias banyak orang tiba-tiba ngeblog). Komunitas itermasuk salah satu dari beberapa komunitas blogger yang masih hidup hingga kini.
Untuk detail informasinya, kalian bisa cek di website baliblogger.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam Kopdar ini adalah Free Coffee Class alias belajar bikin kopi gratis. Dunia kopi-mengkopi, tanpa paste, ternyata tidak sesederhana menyeduh kopi yang kita lakukan sehari-hari. Ada detail dari tiap proses yang berpengaruh terhadap kualitas rasa kopi. Mulai dari penyiapan bubuknya, kadar airnya, hingga perlakuan pada mesin pembuat kopi.
Dalam mengolah kopi, setiap langkah berpengaruh pada cita rasa kopi yang dihasilkan.
Setiap langkah berpengaruh pada cita rasa kopi yang dihasilkan.
Dalam kelas belajar bikin kopi gratis tersebut rombongan kami diajarkan cara penyajian Espresso dan Cappuccino dengan menggunakan mesin Nuova Simonelli.
Untuk biji kopinya sendiri, Black Canyon mengunakan biji kopi Sumatera, Toraja, dan Bali. Tapi, tidak dijelaskan Bali bagian mana. Kita ketahui, kopi Bali yang dikenal umum berjenis arabika. Ada dua daerah penghasil kopi yang cukup dikenal di Bali, yaitu Kintamani dan Pupuan.
Espresso adalah adalah kopi yang disajikan dengan air panas bertekanan tinggi. Di Black Canyon, penakaran jumlah serbuk kopinya cukup dikira-kira pada Portafilter, untuk di ekstraksi menjadi 1 oz atau sekitar 30 ml. Di negeri asalnya, di Italia, standar takaran espresso adalah 6,5 gram-7 gram bubuk kopi di ekstraksi menjadi 1 oz atau 30 ml.
Saya penikmat kopi, terutama kopi Pupuan, Tabanan. Bubuk kopinya sendiri saya dapatkan langsung di daerah Pupuan. Beberapa kali saya juga sempat mencicipi kopi Kintamani. Tapi, begitu melalui proses yang disajikan oleh Kadek Rahayu, si barista, rasa kopi Bali tersebut berubah menjadi rasa yang asing. Tidak seperti kopi yang biasa saya minum. Aroma dan rasanya menjadi berbeda dari yang biasa saya nikmati dirumah.
Proses penyajian yang diajarkan dalam kelas gratis belajar bikin kopi tersebut membuat kopi bertambah harum. Lebih kaya rasa. Menurut saya bertambah nikmat, dari hanya sekadar seduh dengan air panas seperti yang saya lakukan di rumah. Sepertinya memang benar, pemrosesan kopi yang dilakukan dengan lebih detail dan profesional justru membuat kopi memunculkan keunggulannya masing-masing.
Beda espresso, beda pula dengan cappuccino. Mungkin jika didefinisikan secara harfiah, cappucinno adalah espresso dengan tambahan susu. Secangkir cappucinno terbuat dari 1/3 espresso, 1/3 microfoam atau susu halus yang dihasilkan melalui tekanan, dan 1/3 nya lagi adalah susu cair yang biasanya digunakan untuk membentuk art work dengan berbagai bentuk. Susu yang terdapat pada cappuccino menghasilkan rasa manis. Jika espresso didominasi rasa pahit, maka cappuccino justru lebih manis.
Beberapa orang dari kami kemudian mencoba membuat cappucinno masing – masing, untuk dinikmati masing-masing selama kelas belajar bikin kopi.
Ajang Kopdar BBC ini adalah ajang yang baik untuk mengumpulkan blogger yang tercecer karena kesibukan masing-masing. Saya berharap ajang seperti ini bisa rutin diselenggarakan.
Tapi ada satu pertanyaan yang belum dijawab, bagaimana dengan acara Agustusannya? #eh. [b]
Halo mas Ady,
Menarik sekali pengalamannya membuat kopi di Black Canyon! Semoga makin banyak peminat kopi nusantara ya 😉
Btw saya nyari FB group atau komunitas para pecinta kopi di Bali (bukan petani atau penjual) ada apa enggak ya? Saya cari tapi tidak ada informasi yang signifikan, siapa tau mas Andy ada info. Makasi semoga tambah sukses blognya.