Siapa yang tidak mengenal Bali?
Bali sebuah pulau magis yang kental dengan taksu pariwisata. Sebuah pulau yang menyandang sebutan elok berkonotasi menarik. Bali merupakan salah satu provinsi yang menonjol di sektor pariwisata di Indonesia.
Nama Bali melejit sejak pariwisata menjadi tumpuan masyarakat Bali. Bali tak hanya terkenal dengan keindahan pantai yang menggurat senja indah, akan tetapi Bali menyimpan kekayaan pariwisata yang tak boleh dipandang sebelah mata yakni wisata Batur Geopark (Taman Bumi).
Wisata Batur Geopark terletak di Penelokan Utara, Kintamani, Kabupaten Bangli. Wisata Batur Geopark menawarkan panorama alam indah yaitu kombinasi Gunung Batur dan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru pekat di tengah kaldera. Kaldera Gunung Batur merupakan kaldera terindah di Indonesia ini dibuktikan dengan adanya pengakuan dari UNESCO.
Tak hanya melirik kombinasi Gunung dan Danau Batur, wisatawan lokal maupun mancanegara pun terpikat untuk melakukan aksi pendakian sekaligus berburu semburat matahari. Mendaki Gunung Batur acap kali diminati karena terdapat bebatuan indah yang menjadi sorotan di atas gunung.
Hamparan pasir yang indah semakin melukiskan betapa indahnya Batur Geopark.
Tak ada gading yang retak. Wisata Batur Geopark memiliki kekurangan yaitu kurang memperhatikan keselamatan lingkungan demi ekonomi. Polemik tentang upaya mengembangkan pariwisata Geopark Batur mulai muncul di tengah pelaku pariwisata Bali.
Kasus yang melilit Batur Geopark adalah kasus penambangan galian C berupa pasir dan batu di kawasan Batur Geopark. Aktivitas penambangan ini disinyalir tidak sesuai dengan tujuan utama konservasi di daerah tersebut.
Saat dilakukannya penambangan galian C sangat menganggu wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Geopark Batur. Akibatnya, animo wisatawan untuk menapakkan kaki di Geopark Batur berkurang. Kurang nyaman jika mengunjungi Geopark Batur di tengah proyek galian.
Hambatan tentu saja hadir dalam pariwisata Geopark Batur. Volume sampah di Geopark Batur tak dapat dihitung jari. Perilaku wisatawan yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan sesuka hati membuang sampah sembarangan menjadi pemicu minat wisatawan menjadi berkurang mengunjungi Geopark Batur.
Minat berkurang menjadi penghambat majunya pariwisata. Timbul kesan ’sampah menjadi raja’.
Masalah tersebut sulit diatasi karena berawal dari kesadaran masing-masing untuk turut serta menjaga kebersihan diareal pariwisata.
Kini, Geopark Batur menuju rel pariwisata berkelanjutan menjadi penunjang pariwisata Bali. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat didukung oleh lingkungan, sekaligus layak secara ekonomi menjadi tantangan Batur Geopark.
Untuk menuju rel pariwisata berkelanjutan dengan tetap menerapkan konsep purba tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetap menerapkan konsep purba di daerah pariwisata menjadi resep rel menuju pariwisata berkelanjutan. [b]