Oleh Luh De Suriyani
Seorang bocah berusia empat tahun, berinisial KT yang suspect mengidap rabies meninggal 30 Desember lalu. Berdasarkan penelusuran, bocah ini diketahui digigit anjing enam bulan lalu, dan sebelum meninggal menampakkan gejala terinfeksi virus rabies seperti takut angin dan kejang-kejang.
KT adalah warga Desa Kutuh, Kuta Selatan, yang termasuk lokasi wabah rabies di Bali. Sejumlah pihak yang dikonfirmasi mengaku belum bisa memastikan positif rabies karena belum ada konfirmasi hasil diagnosa laboratorium.
“Laporan masyarakat dan bidan di Puskesmas Kuta Selatan menyebutkan KT menunjukkan gejala rabies, namun belum sempat tes laboratorium sudah meninggal. Kami sedang mengumpulkan kronologis medisnya,” ujar I Ketut Suwiadnyana, Kepala Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Badung.
Sementara menurut Kepala Desa Adat Kutuh I Wayan Litra, KT diketahui pernah digigit anjing enam bulan lalu. Seminggu kemudian, anjing yang menggigit mati. “Anak ini pernah panas tinggi dan sembuh, lalu kembali kejang-kejang dan dibawa ke RS Sanglah sebelum akhirnya meninggal,” ujar Litra.
Kepala Puskesmas Kuta Selatan Dokter Sastrawan mengatakan akan melakukan wawancara mendalam pada orang tua KT untuk mengidentifikasi sejarah gigitan ajing dan riwayat medisnya.
Sebelumnya, empat korban meninggal suspect rabies lainnya di Kuta Selatan juga menunjukkan gejala yang sama seperti KT. Korban suspect pertama adalah Putu Linda (4) yang meninggal 17 September 2008 setelah digigit anjing. Kemudian Made Artana (32), Oktaf Rahmana (3), dan Made Wirata.
Hanya Made Wirata yang menurut Dinas Kesehatan menunjukkan gejala klinis yang sangat khas seperti hidrophobia, hipersalivasi, dan lainnya.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika akhirnya menyatakan Kuta Selatan sebagai daerah wabah rabies setelah spesimen seekor anjing positif rabies pada 26 November 2008.
Data Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Badung menunjukkan hingga 31 Desember, telah dilakukan vaksinasi pada 4742 ekor anjing di seputar Kuta. Sementara eliminasi anjing jalanan tanpa pemilik sebenyak 503 ekor.
Program penanggulangan dan pencegahannya juga telah diperluas ke Denpasar Selatan, sebagai wilayah terdekat Kuta Selatan.
Pemerintah mengkampanyekan program ini dengan idiom “Lirikan Indah”. Kependekan dari kenali, hindari, laporkan, vaksin, dan rumahkan. Di beberapa lokasi, juga dipasang banner untuk melarang transportasi anjing, kucing, kera di dalam dan luar area Bali selama kondisi wabah.
I Gusti Ngurah Mahardika, dokter hewan yang terlibat dalam tim penanggulangan rabies menegaskan rabies 100% bisa dicegah jika mendapat pertolongan segera setelah gigitan seperti luka dicuci dengan sabun dan mendapat vaksin anti rabies.
“Yang paling penting saat ini adalah tidak membiarkan anjing-anjing berkeliaran di luar rumah. Satu anjing positif bisa menularkan ke sepuluh anjing dalam seminggu,” ujarnya. [b]
Versi bahasa Inggris dimuat di http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/06/toddler-dies-suspected-rabies.html