• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Saturday, September 30, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Pasca Reklamasi, Bahan Baku Camilan Khas Serangan ini Kian Sulit

Yuko Utami by Yuko Utami
7 September 2023
in Berita Utama, Kabar Baru, Kuliner
0 0
0
Kerupuk klejat telah digoreng kering

“Klejat di laut sekitar sini ada tapi tidak begitu banyak, paling dapat 10 sampai 20 biji saja,” ujar Made Jana (58) sambil tertawa pasrah. Wirausaha kecil kerupuk klejat ini terus memproduksi kerupuk klejat meski dalam himpitan kelangkaan klejat, si siput laut yang kian menghilang dari pesisir Serangan.

Di sebuah rumah sederhana yang berlokasi di Banjar Adat Dukuh, Serangan. Kecamatan Denpasar Selatan, Made Jana dan sang istri Ni Wayan Sumarni (56) memulai usaha kecil kerupuk klejat mereka sejak tahun 1995. Keduanya telah berusia senja, namun masih melanjutkan produksi kerupuk klejat meskipun bahan baku kian sulit dicari di tanah sendiri.

Menurut Jana, usaha kecil ini berawal dari keisengan Sumarni. Melalui usaha kecil-kecilan, Sumarni mengembangkan bisnis kecil kerupuk klejatnya hingga kini. Pernah dalam kurun waktu 3 hari, Jana dan Sumarni mampu meraup omzet hingga Rp 20 juta rupiah. Namun, itu dulu. Cerita manis menjadi jutawan dari kerupuk klejat kini hanyalah kenangan. “Masa-masa paling laris sebelum pandemi setelah pandemi merosot jauh, dulu jual sampai 500 bungkusan,” kenang Jana di teras rumahnya pada Selasa (05/09).

Sembari mengenang masa-masa kejayaan menjual kerupuk klejat, Jana menunjukkan sebuah video yang menunjukkan sosok Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dan Pejabat Pemerintahan Kota Denpasar memperkenalkan kerupuk klejat sebagai buah tangan khas Serangan.

Mirisnya, bahan baku utama kerupuk klejat camilan yang diakui sebagai buah tangan khas Serangan itu justru didatangkan dari luar Bali, khususnya daerah Sapeken yang merupakan sebuah kecamatan di Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Terkadang siput laut itu juga didatangkan dari Madura.

Made Jana, menggenggam satu renceng kerupuk klejat, dijual dengan harga 30 ribu rupiah. Satu bungkusnya dijual dengan harga Rp 3 ribu rupiah.

Berkurangnya siput laut di Serangan telah terjadi sejak era-90 an. Menurut Jana, langkanya siput laut atau dalam bahasa Bali disebut klejat, disebabkan oleh reklamasi Pulau Serangan. Seingat lelaki yang dulu bekerja sebagai pegawai tata usaha di SMPN 11 Denpasar ini, saat tahun 70-an dirinya dan warga Serangan masih dengan mudah menemukan klejat. “Lambat laun karena ada reklamasi dan lain sebagainya karena alam, klejat tidak ada di sini sekarang,” jelasnya.

Sejak tahun 1994 telah terjadi reklamasi di daerah Pulau Serangan. Awalnya luas Pulau Serangan hanya 100-an hektar tetapi sejak tahun 1994-1998 pulau tersebut di reklamasi dan luasnya menjadi 400-an hektar. 

Belasan Tahun Konservasi Pasca Reklamasi

Secara mendetail, Jana mengungkapkan reklamasi yang terjadi berada di sebelah timur Pulau Serangan. Setelah reklamasi, tepian pantai dan rumput laut yang menjadi habitat klejat minim terlihat. Tak hanya reklamasi, Jana lanjut menjelaskan pencemaran laut turut andil merusak habitat klejat. “Modelnya ada kapal pecah mengeluarkan bensin itu memengaruhi habitat klejat,” lanjut Jana.

https://public.flourish.studio/resources/embed.js

Geser “button” putih untuk melihat Pulau Serangan saat ini setelah reklamasi (kiri) dan sebelum reklamasi (kanan)

Harga bahan baku memengaruhi harga jual

Siput laut dalam bahasa Bali disebut klejat yang didatangkan dari Sapeken dan Madura, Jawa Timur

Bahan baku utama kerupuk klejat yang didatangkan dari luar daerah Bali, mau tak mau Jana dan Sumarni menaikkan harga jual kerupuk klejat. Jana mengungkapkan, siput laut mentah per kilogramnya dijual seharga Rp 60 ribu rupiah. Ini belum dibersihkan.

Sedangkan, siput laut siap goreng Jana peroleh seharga Rp 400 ribu rupiah per kilogramnya, “dulu bisa pesan sampai 500 kilogram, paling sekarang 200 atau 300 kilogram yang mentah.”

Perbedaan harga karena bahan baku basah dan berat, jika siap goreng jadi kering dan menyusut sehingga beratnya jauh berbeda. Misalnya dari 10 kg bahan baku jadi 2 kg.

Siput laut yang didatangkan dari Sapeken maupun Madura itu telah dalam kondisi tanpa cangkang. Setelah menerima bahan baku utama, Jana bertugas mencuci dan merebus klejat.

Proses selanjutnya, rebusan klejat dicuci bersih tiga sampai empat kali dengan air biasa. Klejat yang telah bersih dijemur hingga kering dengan estimasi waktu dua hingga tiga hari dibawah terik matahari. Klejat kering itu harus diayak dahulu hingga akhirnya digoreng dalam wajan berisi minyak kelapa super panas. 

Proses menggoreng klejat biasanya dikerjakan oleh Sumarni, pengemasan dikerjakan Jana dan adik kandungnya. Bahan baku kerupuk klejat yang bersifat musiman, membuat produksi kerupuk klejat tidak dapat dilakukan setiap hari. Pada bulan Juli, Agustus, dan Desember biasanya menjadi bulan-bulan pembeli klejat meningkat.

Namun, pemasukan dari klejat menurun. Semula Jana dan Sumarni melayani pesanan klejat hingga wilayah Surabaya dan Lombok, tetapi pandemi yang melanda sejak 2019 akhir membuat dua wilayah tersebut tidak lagi memesan kerupuk klejat sampai detik ini. 

Dahulu, Jana dan Sumarni menjual kerupuk klejat seharga Rp 1500 rupiah, tetapi kini naik dua kali lipat menjadi Rp 3 ribu rupiah per bungkus kecilnya. Sedangkan, satu renteng kerupuk klejat dijual seharga Rp 30 ribu rupiah. Jana mengklaim, kerupuk klejat-nya mampu bertahan hingga 3 sampai 10 bulan dengan catatan harus dalam kondisi sangat kering.

Made Sudri, pengusaha kecil kerupuk klejat lainnya di Serangan mengungkapkan hal yang setali tiga uang dengan Jana dan Sumarni. Sudri menaikkan harga jual kerupuk klejat lantaran bahan baku kian meningkat harganya. “Serenceng kadang saya jual Rp 25-30 ribu rupiah,” ungkap Sudri sambil membersihkan halaman rumahnya. Suami Sudri, Wayan Budiana seorang nelayan di Serangan, mengakui bahwa siput laut sudah tak dapat ditemui lagi di Serangan. “Betul, sekarang sulit ketemu klejat di sini, semua klejat saya dapat dari Sapeken,” ungkap Budiana yang ditemui setelah melaut pada Rabu (06/09).

Mengharap penerus

Kala menelusuri penjual kerupuk klejat, beberapa warga yang ditemui menunjukkan rumah Jana dan Sumarni. Itu pertanda, kerupuk klejat pasangan suami istri ini terbukti lezat. Meskipun demikian, Jana hanya tertawa pasrah kala ditanya penerus usaha kecil kerupuk klejat-nya. “Mungkin tidak ada, anak pertama jadi guru di sini, yang nomor dua kerja di bank. Saya sudah pensiun tenaga sudah nggak kuat,” keluh Jana.

Berbanding terbalik dengan sang suami, Sumarni percaya diri bahwa usaha kecil kerupuk klejat-nya akan berlanjut. “Waktu ini menantu saya bilang akan melanjutkan, nanti saya ajari dia, saya yakin ini pasti lanjut,” terang Sumarni yakin sembari menaruh tumpukan klejat yang telah digoreng pada sebuah nampan.

Sumarni menunjukkan video yang diunggah 3 bulan lalu oleh kanal youtube @denpasarkota57, kerupuk klejat sempat diperlihatkan kepada Menparekraf RI sebagai buah tangan khas Serangan.

Semula, keduanya sempat dibantu pemerintah setempat untuk mengurus izin usaha kerupuk klejat. Langkah tersebut dihentikan Jana dan Sumarni karena kembali pada realita bahwa bahan utama kerupuk klejat tidak selalu ada.

“Izin usaha maunya cari tapi malas sudah toh juga tidak banyak ada yang pesan, tidak seperti dulu setiap hari bisa 40 kilo yang kering kalau kirim sampai ke resto Surabaya dan Lombok, sekarang tidak ada. Apalagi restonya tutup,” ujar ibu dua anak ini.

Pertemuan kami berakhir dengan satu renceng kerupuk klejat dalam genggaman saya. Sayup-sayup, obrolan Jana dan Sumarni yang begitu ramah kembali membicarakan kejayaan usaha kecil mereka, kerupuk klejat mereka buah tangan khas Serangan.

Tags: kerupuk klejat
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Yuko Utami

Yuko Utami

Empowered Women Empower Women

Related Posts

No Content Available
Next Post
Minikino Film Week 9 Gandeng Komunitas Film di Bali

Minikino Film Week 9 Gandeng Komunitas Film di Bali

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

10 September 2023
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

5 September 2023
Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

26 July 2023
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

2
Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

1
Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

2
Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

1
Mengenal Pura Bukit Gumang, Salah Satu Pura Dang Kahyangan Desa Bugbug

Mengenal Pura Bukit Gumang, Salah Satu Pura Dang Kahyangan Desa Bugbug

29 September 2023
Bayang-Bayang Lindi Menghantui Warga di Sekitar TPS Denpasar

Bayang-Bayang Lindi Menghantui Warga di Sekitar TPS Denpasar

29 September 2023
Apakah GWK sudah jadi Landmark Bali?

Apakah GWK sudah jadi Landmark Bali?

28 September 2023
Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

27 September 2023
Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

26 September 2023

Kabar Terbaru

Mengenal Pura Bukit Gumang, Salah Satu Pura Dang Kahyangan Desa Bugbug

Mengenal Pura Bukit Gumang, Salah Satu Pura Dang Kahyangan Desa Bugbug

29 September 2023
Bayang-Bayang Lindi Menghantui Warga di Sekitar TPS Denpasar

Bayang-Bayang Lindi Menghantui Warga di Sekitar TPS Denpasar

29 September 2023
Apakah GWK sudah jadi Landmark Bali?

Apakah GWK sudah jadi Landmark Bali?

28 September 2023
Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

27 September 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In