ArchaeoFest 2021 merupakan kegiatan Warga Mahasiswa Arkeologi (WARMA), Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.
Festival ini diselenggarakan selama dua hari yakni 10-11 Desember secara luring di The Ambengan Tenten Denpasar. Secara garis besar festival ini mengusung tema “Archaeology in Technology”. Tema tersebut sebagai bentuk pembuktian bahwa ilmu arkeologi tidak selalu berhubungan dengan kekunoan melainkan juga dapat berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi.
Pada hari pertama, Tesalonika Kristianti menyampaikan sambutan selaku ketua pelaksana ArchaeoFest 2021. Tesalonika Kristianti menyebutkan bahwa kegiatan ini kali pertama diadakan oleh WARMA. “Tujuannya untuk menggaungkan serta mengenalkan ilmu arkeologi di mata masyarakat luas,” katanya.
Arifan Oktaviansyah sebagai ketua dari Himpunan Warga Mahasiswa Arkeologi (WARMA) juga turut memberikan sepatah dua patah kata sebagai bentuk sambutan. Arifan menyebutkan bahwa gagasan dari kegiatan ini timbul dari keresahan sebagai seorang akademisi khususnya di bidang arkeologi terhadap stigma masyarakat yang menganggap bahwa arkeologi identik dengan suatu hal yang kuno. Tentunya melalui kegiatan ini WARMA secara khusus berusaha menampilkan arkeologi secara menarik dengan memanfaatkan berbagai teknologi antara lain, teknologi sensor, mapping, virtual reality (VR), dan augmented reality (AR).
Festival ini secara resmi dibuka Kristiawan S.S., M.A dengan melakukan pemotongan pita sebagai simbolisasi.
Festival selama dua hari ini dimeriahkan berbagai penampilan menarik. Mulai dari tari tradisional joged bumbung hingga dance modern. Di samping itu, terdapat pula penampilan spektakuler dari UKM Merpati Putih. Equilibrium Plus, Akalpati, dan UKM Cakrawala juga turut memberikan sumbangsih hiburan dalam bentuk tarik suara. Melalui kegiatan ini WARMA berupaya menjadi media berekspresi bagi para mahasiswa sekaligus menyalurkan minat dan bakat mereka.
Pameran Interaktif
Selain menyajikan berbagai hiburan, terdapat pula pameran interaktif yang menjadi fokus utama dalam rangkaian acara ArchaeoFest 2021. Beberapa artefak di pameran ini mulai dari alat-alat batu, logam, gerabah, hingga cawan keramik. Dikatakan sebagai pameran interaktif karena para pengunjung disuguhi teknologi multimedia yang memberikan pengalaman berbeda saat berkunjung ke pameran. Memasuki ruang pameran kita akan diarahkan untuk melakukan scan barcode terlebih dahulu karena segala informasi terkait artefak yang dipamerkan terdapat di dalam barcode tersebut.
Setelah melihat-lihat tinggalan arkeologi dan membaca informasi yang tertera pada barcode, selanjutnya para pengunjung akan diajak untuk melakukan interaksi dengan cara menyentuh delapan buah pasang batu secara bergantian. Setiap pasang batu persegi tersebut memiliki informasi berbeda-beda. Dehingga dengan menyentuhnya maka akan muncul informasi-informasi seputar benda yang dipamerkan melalui sebuah proyektor.
Secara sederhana dapat saya jelaskan bahwa teknologi ini dapat bekerja karena di bawah masing-masing batu tersebut diletakan sebuah kabel sensor yang terkoneksi ke sebuah laptop. Kemudian gambar atau video informatif tersebut diproyeksikan melalui proyektor.
Selain teknologi sensor, terdapat pula teknologi augmented reality (AR) yang tidak kalah menariknya. Teknologi ini dikembangkan oleh Alan Maulana Syarif mahasiswa arkeologi angkatan 2019. Menurut keterangannya, teknologi ini merupakan penggabungan antara benda-benda nyata dan maya baik 2D maupun 3D secara real time. Untuk membuat benda atau artefak tersebut menjadi bentuk 3D maka digunakan teknik photogrammetry yaitu dengan mengambil kurang lebih 30-50 foto di segala sisi dari objek yang akan dijadikan bentuk 3D.
Setelah melalui tahap 3D photogrammetry foto-foto yang telah diambil kemudian diproses menggunakan software 3DF Zephyr. Tahap selanjutnya setelah model 3D yang sudah jadi dimasukkannya ke dalam software Unity lalu diatur kembali ke dalam gambar yang menjadi marker (gambar yang digunakan sebagai objek tracking) yang terdapat pada database.
Pada pameran interaktif ini para pengunjung dikenalkan berbagai teknologi yang tentunya memberikan sensasi baru dalam menikmati benda-benda purbakala. Antusias para pengunjung terlihat jelas dari berbagai pertanyaan-pertanyaan yang terlontar kepada para panitia pada saat berkunjung di dalam ruang pameran. Di samping itu, senyum takjub juga terpancar ketika mereka mencoba berinteraksi dengan teknologi yang disediakan di ruang pameran.
ArchaeoFest 2021 merupakan salah satu kegiatan yang harus mendapat apresiasi sekaligus dukungan penuh karena dengan diselenggarakannya kegiatan ini dapat memberikan sumbangsih berupa informasi terkait arkeologi dan kepurbakalaan di Indonesia. Semoga kegiatan semacam ini dapat terlaksana setiap tahun agar pemahaman masyarakat terhadap ilmu arkeologi dapat berkembang. Konsep acara yang dikemas secara menarik dan kekinian tentunya diharapkan dapat dilirik oleh generasi untuk mulai menghargai budaya material yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita. [b]
Pameran Keren