Berbagai narasi mengungkapkan teknologi adalah representasi bangsa yang maju. Namun, apakah dengan teknologi saja cukup membangkitkan nilai-nilai luhur dalam aspek kehidupan lainnya?
Bulan Agustus lalu, tepatnya 23 Agustus 2024 Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Badung bekerja sama dengan Indoxx menggelar pelatihan bertajuk Badung Gumawe Sisya Utama: Membangun Generasi Unggul melalui Transformasi Digital dan Distribusi Informasi di SD dan SMP Kabupaten Badung. BaleBengong menjadi salah satu narasumbernya.
Mengutip portal resmi Pemkab Badung, CEO Indoxx I Putu Mahendra dalam sambutannya menyampaikan perkembangan teknologi informasi sangat cepat sehingga sebagai pengguna harus mampu mengejar ketertinggalan tersebut. “Saya ingin sekali mengatakan bahwa mari kita belajar, karena perubahan terlalu cepat. Teknologi sudah merajalela dimana-mana dan kita harus segera mengejarnya,” ujarnya.
Pelatihan ini berlangsung di ruang Kerta Gosana Lantai 3, Puspem Badung. Terdapat tiga materi yang dipaparkan kepada 273 peserta. Para peserta merupakan tenaga pendidik dan siswa dari jenjang pendidikan PAUD, SD, hingga SMP se-Kabupaten Badung. Materi pertama bertajuk Digital Multimedia Fun Learning disampaikan oleh Dosen Digital Multimedia, ITB Stikom Bali, Made Suandika Astika Pande. Pembicara kedua Ni Komang Yuko Utami menyampaikan materi Jurnalisme Digital. Sedangkan pembicara terakhir I Putu Mahendra dengan materi Digital Content Management System dan Augmented Reality.
Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Badung, I Gusti Made Dwipayana mengungkapkan agar program ini memiliki strategi untuk membawa SDM Badung yang unggul dan berdaya saing.
Pada pemaparan materi Digital Multimedia Fun Learning, Pande mengajak para siswa untuk uji coba alat Augmented Reality. Dua orang siswa yang mencoba AR, memasuki realitas di Gedung Kampus ITB Stikom Bali. Mulanya mereka kesulitan beradaptasi dengan lingkungan AR. Namun, perlahan mereka dapat melakukan beberapa aktivitas seperti membuka pintu, mengepalkan tangan, mengelilingi gedung dan menulis di papan tulis.
Mengutip situs Dicoding, Augmented Reality atau AR adalah teknologi yang memperoleh penggabungan secara real-time terhadap digital konten yang dibuat oleh komputer dengan dunia nyata. Augmented Reality memperbolehkan pengguna melihat objek maya 2D atau 3D yang diproyeksikan terhadap dunia nyata.
AR memiliki beberapa kelebihan diantaranya
- Memungkinkan pembelajaran secara individual dan meningkatkan proses pembelajaran.
- AR menawarkan aplikasi yang terus mengalami peningkatan.
- Teknologi AR dapat memungkinkan untuk meningkatkan keakuratan dan efisiensi.
- Dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan secara jarak jauh.
Sedangkan kekurangan AR sebagai berikut
- Biaya untuk implementasi teknologi AR relatif mahal.
- Sebagian besar perangkat yang digunakan memiliki performa yang rendah.
- Kekurangan paling utamanya adalah kurangnya keamanan privasi pengguna.
- Apabila keamanan pengguna dilupakan, maka penggunaan teknologi AR akan membawa ke arah pelanggaran keamanan (security breach).
Penerapan AR membutuhkan modal besar, Pande mengungkapkan biaya alat dan pemasangan berkisar Rp 12 juta. Harga ini dapat berubah tergantung kesulitan saat membangun dunia realitas AR yang rata-rata membutuhkan waktu 3 bulan.
Mengutip pemberitaan Kompas, Rusdiyanta, Dekan FISIP Universitas Budi Luhur menyampaikan, “Kecerdasan dan etika adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kecerdasan tanpa dilandasi etika akan digunakan untuk menindas, menipu dan merugikan pihak lain. Beretika tanpa kecerdasan akan menjadi sasaran penindasan, penipuan dan kejahatan pihak lain.”
Ungkapan Rusdiyanta dalam webinar bertajuk Adaptasi Pembelajaran di Masa Pandemi ada benarnya. Kondisi pandemi Covid-19 mengakibatkan seluruh lini kehidupan beradaptasi. Teknologi mulai terserap dalam sendi-sendi kehidupan yang membutuhkan kebijaksanaan dalam mengelolanya. Sudahkah kebijaksanaan itu ada dalam dunia pendidikan kita?