Pandangan jauh saya terpaku pada seorang pemuda.
Dia menenteng ransel, lembaran dokumen serta dua buku kecil bersampul hijau. Di belakangnya, seorang wanita paruh baya berlari kecil mencoba mengimbangi langkah cepat si pemuda.
Saya terka detak jantung wanita itu barangkali sudah di atas 110. Peluh pun tampak membasahi pakaiannya, belum lagi napasnya yang mulai tersengal-sengal.
Jam tepat menunjukkan pukul 18.45, jadwal penerbangan lanjutan saya menuju Jakarta tampaknya semakin dekat. Saya masih tetap memandang pemuda tadi yang kali ini tampak sedang bercakap dengan seorang petugas maskapai.
Tampaknya, ia mencoba membantu wanita tadi yang nyaris tertinggal pesawat. Nyaris, karena sebetulnya pesawat itu masih terparkir di apron! Sisa waktu yang kurang dari lima menit sudah cukup membuat wanita itu kelabakan.
Belakangan saya ketahui bahwa penerbangan dari Dubai menuju Jakarta itu adalah mudik pertamanya sejak bekerja sebagai TKW tiga tahun lalu. Tak ayal, hal ini yang membuatnya panik.
Pemuda tadi? Ia hanya seseorang yang kebetulan menghampiri wanita itu saat terlihat cemas dan berlarian sambil menenteng dua buah tas kulit sambil membawa paspor hijau Indonesia. Pemuda itu merasa terpanggil.
Seringkali saya bertanya-tanya. Apa sesungguhnya yang membuat seseorang bisa mempunyai niatan membantu orang lain, terlebih itu dilakukan tanpa imbalan bahkan untuk seseorang yang tak pernah dikenal sebelumnya.
Apa yang membuat seseorang menjadi begitu tulus memberikan tempat duduk pada ibu hamil di dalam kereta? Apa yang membuat seseorang rela menghabiskan waktu siang malam menemani temannya yang tertidur lemas di rumah sakit? Apa yang membuat seseorang ikhlas menjadi orang tua angkat dari seorang bayi kecil yang ditelantarkan?
Apa yang membuat kita selalu mengaku bahagia memiliki dua orang anak namun di saat yang sama kerap mengeluh karena biaya sekolah mahal, lelah karena anak seringkali sakit bahkan geram saat anak kita hanya mampu lulus dibawah rata-rata kelas? Apa yang membuat seseorang berniat menggalang donasi bedah rumah untuk membantu satu keluarga miskin yang baru saja dikenalnya?
Apa yang membuat seseorang rela menanggung biaya rumah sakit kawan lamanya? Apa yang membuat seorang ibu kuat bekerja siang malam meski kehilangan waktu bermain bersama anak-anaknya?
Saya menduga, ada kepuasan dan kenikmatan tersendiri yang dirasakan orang-orang tersebut. Namun saya masih bersikeras mencari jawaban, hal yang bisa menjelaskan dengan gamblang! Mengapa membantu seseorang itu sebuah kebahagiaan!
****
Happily Helping Others**
Seringkali kebahagiaan (happiness) kita artikan sebagai sebuah akibat dari hal yang tangible. Entah itu bahagia karena mobil baru, bahagia karena diterima di sekolah favorit, bahagia karena kado ulang tahun, bahagia karena bonus tahunan kantor, bahagia karena cincin pemberian kekasih, bahagia karena berwisata ke Paris, bahagia karena pujian, bahagia karena menjadi pemenang kontes kecantikan, bahkan bahagia karena batu akik! Ya, batu akik!
Kebahagiaan semata dinilai dari tingkat kesenangan (pleasure) yang diperoleh seseorang dari suatu barang atau orang lain. Dengan mudahnya seseorang menjadi kurang bahagia hanya karena kado yang ia terima tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Atau, ia dengan mudah menggerutu hanya karena merasa letih setelah seharian penuh mengurus bayi yang baru saja hadir ditengah keluarganya. Tiba-tiba menghardik hanya karena cangkir teh hangatnya tumpah tersenggol anak-anak yang asik bermain di ruang keluarga. Resah karena merasa kurang fokus menjalani ujian kenaikan, lalu jadi susah tidur di malam hari.
Semua ini adalah lawan rasa dari kesenangan itu sendiri; kesedihan, penderitaan, kepedihan, resah, letih dan lelah – atau pain. Ketika kepedihan itu selalu kita rasakan, maka hidup ini tidak akan bahagia. Titik! Tapi benarkah?
Sulit bagi saya untuk percaya bahwa kebahagiaan hanya perkara pleasure dan pain semata.
Anda masih ingat kisah pemuda tadi? Ia tentu saja letih, lelah dan cemas membantu wanita yang ia temui. Bagaimana dengan ibu yang baru saja melahirkan, ia pasti lelah mengurus bayi kecil seharian.
Lalu bagaimana dengan orang yang harus menanggung biaya rumah sakit kawannya? Sejumlah uang mesti ia keluarkan sementara disisi lain ia pun punya keperluan pribadi.
Bagaimana dengan ayah yang bekerja siang malam demi biaya sekolah dan nafkah keluarga? Saya yakin ia rindu dengan waktu-waktu bersama keluarga dirumah. Lalu, jika anda tanyakan apakah mereka bahagia dengan apa yang mereka lakukan?
Saya yakin betul mereka akan menjawab BAHAGIA!
Sisi lain yang membuat kita bahagia dan itu bukanlah perkara pleasure dan pain semata. Akan tetapi karena sesuatu berhubungan dengan hal yang penuh arti atau hal yang bermakna bagi diri kita (purposeful).
Inilah yang agaknya bisa menjawab mengapa rasa letih itu tidak lagi dipandang sebagai pain, dan mengapa uang yang dikeluarkan membantu orang lain itu tak lagi dipandang sebagai pengeluaran yang biasa. Mengapa rasa lelah bekerja siang malam itu bukan lagi alasan untuk tidak bahagia.
Sekali lagi, letih, risau, resah, marah, cemas adalah pain yang mengurangi kebahagiaan. Namun hal itu bukan lagi sebuah pain, ketika kita melihat ada makna (purpose) di balik semua itu.
Ketika sesuatu yang kita lakukan memiliki makna, maka itulah awal dari kebahagiaan. Tak peduli apakah kita merasa letih, mesti kehilangan waktu dengan keluarga, harus mengeluarkan uang lebih, harus berlarian seperti pemuda diatas. Selama hal itu memiliki makna, maka anda akan merasa bahagia.
Sekali lagi, Happily Helping Others adalah sesuatu yang betul adanya!
Memaknai Pendulum Kebahagiaan
Pendulum kebahagiaan yang kita miliki selama ini kerapkali hanya diartikan sebagai akibat dari pleasure dan pain. Ketika pendulum mengayun kearah pleasure, maka kita serta-merta mengartikan bahwa kita sedang bahagia. Lain waktu saat pendulum itu mengayun kearah sebaliknya (lelah, letih, kesal, marah, mengantuk) segera kita artikan hidup ini tidak bahagia.
Inilah yang coba saya pahami dari Paul Dolan Happiness by Design. Mencari keseimbangan antara pleasure-pain danpurposefulness-pointless.
Ada kalanya rasa letih (pain) melakukan sesuatu menjadi terasa indah saat kita melakukan hal yang penuh arti (purposeful). Betul! Itulah yang saya maksud dengan memaknai pendulum kebahagiaan hidup ini secara mendalam. Bukan semata perkara hadiah ulang tahun, kendaraan baru, jam tangan mewah, tiket konser Bon Jovi atau batu akik!
Kita hendaknya sadar bahwa kebahagiaan yang bertahan lama dan membekas sebetulnya adalah kebahagiaan yang datang dari sesuatu yang lebih purposeful meskipun kurang pleasure. Semisal kue ulang tahun yang dibuat sendiri oleh istri saya seharian penuh akan jauh lebih membuat saya bahagia ketimbang kue ulang tahun yang ia beli di toko dan berlabel harga wah meski dengan garansi citarasa kelas dunia.
Itulah yang saya maksud dengan kebahagiaan akibat hal yang lebih bermakna (purposeful) meski kurang rasa (pleasure). Hihi..semoga istri saya masih tersenyum membaca bagian ini.
Jadi, kebahagiaan itu bukan semata urusan mencari kesenangan, tapi juga cara kita memaknai hal yang kita alami. Dan cenderung kebahagiaan yang hadir dari sesuatu yang lebih bermakna akan membekas lebih lama dan terasa lebih dalam. Kebahagiaan inilah yang sejatinya kita cari. Dan seringkali, kebahagiaan seperti ini sangat eksklusif menjadi milik seseorang bahkan sangat sulit dijelaskan denga kata-kata.
Terasa sulit berbagi kebahagiaan dengan orang tua ketika dikunjungi anaknya setelah sekian lama tidak bertemu. Tak akan bisa dilukiskan dengan kata-kata apapun. Hanya mereka yang merasakan. Tapi akan sangat mudah menceritakan betapa senangnya anda menerima hadiah jam tangan baru.
Anda bisa berkisah betapa warnanya cocok dengan baju favorit, modelnya sesuai dengan jam tangan yang dipakai idola anda bahkan Anda merasa sangat percaya diri saat mengenakan jam tangan itu di mall. Keduanya membawa kebahagiaan, yang membedakan adalah penyebab dari kedua kebahagiaan itu. Purposefull atau pleasure.
Agaknya sekarang menjadi terang-benderang, paling tidak bagi saya, betapa semua hal yang kita alami bisa membawa kebahagiaan. Inipula yang bisa menjelaskan mengapa membantu seseorang bisa memberi kita kebahagiaan dan mengapa rasa letih mengurus buah hati selalu saja membawa bahagia.
Saya merasa sangat bahagia saat mulai menulis artikel ini, sebab saya percaya bahwa ada makna yang kiranya bisa saya bagi ke Anda semua. Sama halnya ketika Anda mulai membaca tulisan ini, barangkali akan terasa bosan dan buang waktu (pain), tapi saya berharap ada kebahagiaan yang bisa anda dapat saat anda merasakan manfaat (purposeful) dari sesuatu yang coba saya bagi di tulisan ini.
Eventually, memang kebahagiaan itu selalu ada di kehidupan ini. Semua bergantung kita.
Salam bahagia!
NBS 04/09/2015
**quote from my beloved mother
*** ditulis kembali dari kompasiana.com/i-belog dengan judul berbeda