“Angasraya adalah sikap kebersamaan emosional, yang didasari oleh sikap dari diri sendiri untuk bersatu secara sejajar menjadi kerajaan maritime nasional kembali di zaman Majapahit”.
(Dikutip dari buku Majapahit Peradaban Maritim Nusantara: Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia, karya Irawan Djoko Nugroho, 2011)
Vision International Image Festival mengambil tema Angasraya: Arus Kebebasan dari Samudera sebagai tema utama dengan keinginan untuk membangkitkan kebersamaan emosional kembali atas kekuatan Indonesia sebagai negara maritim.
Festival ini adalah gerakan masyarakat dalam merespon KTT APEC 2013 yang berlangsung di Bali. Sebagai sebuah festival imaji, Vision International Image Festival bertujuan mengangkat potret peradaban kelautan Indonesia dan dunia, dengan semangat keberagaman dan kesejajaran yang menjadi benang merah dalam setiap foto yang akan dipamerkan.
Kurator pameran Oscar Motuloh dalam esai pengantar buku festival ini mengatakan, “Fotografi sebagai wadah ekspresif dan mengemukakan pendapat bagi para fotografer sejatinya juga memiliki kekuatan hebat itu. Seperti sebentuk amunisi yang di persiapkan demi menjaga referensi serta apresiasi kita pada kelautan untuk masa depan yang lebihbaik. Sekaligus diperuntukkan untuk ditembakkan ke arah siapapun berjiwa kerdil yang mengorbankan kelestarian samudra hanya sebagai objek komoditi semu. Samudra adalah masa depan dunia, dia milik generasi mendatang kita.”
Barbara Stauss, curator pameran ini yang berasal dari Berlin, Jerman, melihat karya-karya foto jurnalistik yang dipamerkan dapat mencerminkan situasi terkini di dunia. “Ada ambiguitas dalam segala sesuatu dan setiap orang, dan kawasan Pasifik berdiri sebagai metafora keberagaman dan kedinamisan hidup, perseorangan atau lebih.”
Sedangkan kurator Ray Bachtiar Dradjat menegaskan bahwa fotografi punya kekuatan untuk merekam sejarah maritim Nusantara. Citra relief-relief candi dan pura yang didokumentasikan memperlihatkan gambaran persaudaraan antar umat manusia. “Gaung kesadaran bahwa umat manusia bersaudara juga terekam dalam kearifan budaya di Nusantara. Konsep Sedulur papat Lima Pancer, misalnya, secara literer berarti ‘saudara empat, lima di tengah’. Konsep ini menyatakan bahwa setiap manusia memiliki saudara di empat penjuru.Konsep ini juga menyatakan bahwa setiap arah memiliki warna, dan warna-warni tersebut jelas merujuk ras-ras utama manusia: putih, hitam, kuning, merah. Sedangkan yang kelima manca warna, menyimpan semua warna dalam dirinya,” ujar Ray Bachtiar.
Vision International Image Festival akan diselenggarakan dari tanggal 5-20 Oktober 2013 di empat tempat utama di kawasan Denpasar dan Gianyar, yakni Danes Art Veranda, Bentara Budaya Bali, Maha Art Gallery, dan “street art gallery” yang terletak di pinggiran Jalan Nusa Indah, Denpasar.
Program utama dari Vision International Image Festival adalah pameran lebih dari 400 karya foto dari sekitar 60 fotografer dari seluruh Indonesia, dan Asia-Pasifik. Sejumlah karya foto tersebut tidak hanya menampilkan keindahan dari laut semata, akan tetapi juga mengangkat isu kelautan yang sedang berkembang, diantaranya adalah perburuan sirip hiu di Laut Jawa, dan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan matinya spesies burung yang bermigrasi di seputaran laut Pasifik–Selandia Baru.
Festival ini juga merupakan momentum untuk mengembangkan Jurnalisme Kelautan di Indonesia. Sebagai kuratoradalah Direktur Eksekutif Galeri FotoJurnalistik Antara (GFJA), Jakarta, Oscar Motuloh, pendiri majalah kelautan Mare—Die Zeitschriftder Meere, Berlin, Barbara Stauss, dan pendiri Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) Ray Bachtiar Dradjat.
Selain pameran foto, Vision International Image Festival juga menyelengarakan program-program pendukung (Diskusi panel, workshop, pemutaran film, pentas seni, bazaar kuliner darilaut, dll) yang melibatkan banyak individu dan komunitas. Juga, bekerja sama dengan Borobudur Writers and Cultural Festival 2013 dan The BEFU InternasionalFestival 2013 di Korea Selatan.
Vision International Image Festival diselenggarakan oleh Yayasan Indonesia Horizon, organisasi non-profit yang memiliki fokus terhadap isu seputar perkembangan identitas, budaya, humanism dan lingkungan yang terjadi di Indonesia dan dunia, bekerja sama dengan matamera communication – creative boutique yang menangani komunikasi visual untuk industry hospitality dan pariwisata, serta didukung sepenuhnya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. [b]
Informasi lebih lanjut, hubungi:
http://www.visionimagefestival.com/
https://www.facebook.com/vimagefest
email : mail@visionimagefestival.com
Twitter : @vimagefest
Contact Person :
Lina PW 085339818588
Tria Nin 0856 250 5454