Teks dan Foto Fransiska Kusumadewi
Tahun 2010 merupakan tahun ketiga Hari Hening Sedunia atau World Silent Day (WSD) dilaksanakan. Berbagai aksi dipersiapkan menjelang 21 Maret 2010 nanti. Tahun ini aksi lebih fokus dalam penggalangan tanda tangan. Penggerak utama aksi menggalang tanda tangan ini adalah Tim Pemuda WSD. Mereka terdiri dari relawan muda yang berasal dari Sahabat Walhi Bali dan mahasiswa Universitas Udayana, Bali.
Beberapa teman dari daerah lain seperti Jakarta dan Bandung maupun negara lain seperti Nepal, Australia dan Jerman juga ikut membantu mengampanyekan WSD dan menggalang tanda tangan di lingkungannya. Tim kampanye di Bali melaksanakan agenda aksi sejak 13 Februari lalu hingga 14 Maret 2010 nanti. Selain penggalangan tanda tangan, kelompok relawan muda ini juga melakukan aksi reli sepeda sekaligus pembersihan sungai pada 20 Maret mendatang.
Aksi mengkampanyekan WSD diawali dengan penggalangan tanda tangan di Art Centre, pada 13 Februari 2010 oleh Tim Muda KBPI yang terdiri atas 19 orang pada saat itu. Tim muda Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim (KBPI) bekerja sama dengan Komunitas Sunda di Bali yang melaksanakan acara Pamanahan Mini Carnival. Penggalangan yang sekaligus ajakan untuk merayakan WSD di tempat tersebut cukup sukses. Tercatat 407 tanda tangan dari para tamu memenuhi form tanda tangan WSD.
Aksi berikutnya terjadi di Denpasar Junction pada 15-21 Februari 2010. Acara ini bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Pada beberapa hari sebelum tanggal 20 Februari, pengunjung yang datang tidak terlalu ramai. Mereka yang menandatangani form dukungan WSD kira-kira 50 orang per hari. Tetapi pada tanggal 20 dan 21 satu Februari, yang merupakan hari penutupan, pengunjung sangat ramai. Mayoritas adalah para remaja dan usia muda.
Tak dapat dipungkiri, keramaian di Denpasar Junction kali itu karena Mahasiswa DKV menghadirkan berbagai grup band indie, termasuk Superman Is Dead (SID). Tim KBPI banyak mendapat keuntungan dalam acara tersebut. Terkumpul 1550 tanda tangan dukungan. Hal yang menyenangkan, SID juga ikut mengkampanyekan WSD di atas panggung dan disaksikan pengunjung yang histeris. Ketiga personil SID itu pun sempat mengatakan dukungan yang tinggi akan gerakan WSD dan siap membantu tim kampanye WSD jika diperlukan.
Pada hari Saraswati, 27 Februari 2010 lalu, tim relawan muda memanfaatkan hari tersebut dengan bergeriliya secara ’brak to brak’(-sebutan dari salah satu relawan untuk menyebut pendekatan secara oral) di lapangan Puputan, tepatnya di depan Pura Jagatnatha, Denpasar. Penerangan yang kurang tidak menghalangi niat kami untuk bekerja demi Bumi ini walau hanya ada delapan relawan. Dibantu dengan sinar dari telepon genggam masing-masing, relawan kami bergeriliya.
Begitu banyak orang yang sembahyang, ditambah terdapat pula pementasan tari bali dan bondres yang mengundang banyak orang untuk diam dan menyaksikan acara tersebut. Aksi terpaksa kami lakukan dengan ’brak to brak’ mengunjungi orang per orang atau beberapa kelompok yang sedang duduk bersama. Kelu terasa pada bibir kami semua tapi tak menghentikan kami untuk berusaha, hingga hujan yang agak deras turun dan menghentikkan kami. Tercatat 374 tanda tangan dukungan yang kita dapat. Usaha yang cukup berhasil hari itu.
Minggu ini, yakni tanggal 6 Maret 2010 kami akan aksi di sekitar Kuta (Ground Zero, Pantai Kuta dan Centro). Semoga aksi berikut ini akan membuahkan banyak dukungan tanda tangan. Hingga saat ini tanda tangan dukungan yang terkumpul ada 5.809. Perjalanan yang mungkin agak panjang untuk memenuhi persyaratan 10.000.000 tanda tangan agar WSD dapat diakui secara internasional. Tetapi kami percaya dengan semangat dan keinginan kami yang besar angka itu pasti akan tercapai.
Dan, jangan lupa melaksanakan heningnya pada 21 Maret mendatang. Hanya empat jam dari pukul 10 pagi hingga 2 sore tanpa listrik dan kendaraan bermotor. Sangat sederhana, tapi itu sudah berarti banyak untuk bumi kita. [b]