Minggu, 1 September 2024, sore itu matahari bersinar terik di Plaza Pasar Badung tak menyurutkan animo pengunjung untuk datang. Stan-stan yang menjajakan makanan dan minuman siap sedia melayani pengunjung dalam Festival PlastikDetox 2024. Sebuah pemandangan festival yang tak lazim sedang terjadi. Para penjual minuman memberikan pesanan pengunjung dalam gelas stanless steel, sedangkan para penjual minuman menyajikan makanan dalam ingka (piring yang terbuat dari tulang daun kelapa) beralaskan daun pisang atau mangkok stainless steel. Jika diamati lebih dekat dalam peralatan makan dan minum itu terdapat sticker berwarna ungu-magenta dengan label Taksu, take-use-return.
Samar-samar terdengar pembawa acara menyiarkan bahwa acara ini adalah acara bebas kantong plastik, sedotan plastik, dan styrofoam. Sebagai gantinya acara ini didukung oleh Taksu Reuse. Sosial enterprise milik Yayasan Kita untuk Semesta ini mendorong pengurangan sampah kemasan sekali pakai di berbagai kegiatan dengan menyewakan alat-alat makan guna ulang, yaitu piring, gelas, mangkok, cangkir, hingga sendok dan garpu.
Pengunjung tampak menikmati makanan atau minumannya sambil berbincang-bincang dengan pengunjung lainnya. Beberapa pengunjung tampak mengisi ulang gelas mereka dengan air minum di stasiun isi ulang yang tersedia di area acara. Seusai menikmati makanan dan minuman, pengunjung lantas meletakkan peralatan makan dan minum mereka di baskom-baskom yang tersedia di beberapa titik. Dalam acara yang dihadiri oleh 650++ pengunjung, sebanyak 588 buah alat makan guna ulang digunakan sehingga hanya 0.02 m kubik sampah residu yang berakhir di tempat pembuangan sampah.
“Saya senang es teh dijual dengan gelas stainless karena es tehnya jadi tambah enak dan pengalaman minum saya lebih sensasional,” ungkap Michael, salah satu pengunjung Festival PlastikDetox 2024 yang telah menghabiskan segelas es teh.
Pendapat serupa juga datang dari pengunjung lainnya yaitu Wulan Diantari yang menyatakan, “Rasa makannya tetap enak, minumannya tetap segar, meski pakai stainless stell dan yang paling penting gak nyampah.”
Pada awal tahun 2024, Dinas Pariwisata Provinsi Bali meluncurkan kalender event di Bali dan terdaftar 58 festival budaya yang diiringi dengan stan makanan dan minuman. Jika kita tambahkan dengan acara konser dan pesta pribadi, jumlah festival di Bali mencapai ratusan sepanjang 2024. Sumber masalahnya datang ketika vendor yang berjualan makanan dan minuman masih menggunakan kemasan sekali pakai.
Berikut adalah visualisasi beberapa festival di Bali dan jumlah sampah yang dihasilkannya.
Sampah yang dihasilkan oleh acara festival umumnya masih didominasi oleh sampah kemasan sekali pakai yang rata-rata terbuat dari plastik sekali pakai. Plastik yang terbuat dari karbon yang selama proses pembuatan hingga berakhir menjadi sampah menghasilkan emisi yang turut berkontribusi pada peningkatan suhu bumi dan menyebabkan perubahan iklim.
Makin banyak sampah plastik yang dihasilkan, makin tinggi emisi karbon yang tercipta, berimplikasi juga pada meningkatnya konsentrasi gas-gas kaca yang ada di atmosfer. Laporan The Hidden Cost of a Plastic Planet dari CIEL tahun 2019 menyatakan bahwa pada 2050, emisi karbon dari produksi hingga incenerator plastik dapat mencapai 2,75 miliar ton CO2e.
Diperlukan lebih dari 63 juta hektar hutan mangrove untuk menyerap emisi karbon tersebut, dengan minimal 472.500 buah pohon mangrove tetap hidup tiap tahunnya. Luas hutan ini lebih dari 20 kali lipat luas hutan mangrove di Indonesia. Selain itu, pada 2022, GAIA menerbitkan laporan Zero Waste to Zero Emissions yang menyatakan bahwa sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi vektor penyakit, menyumbat sistem drainase yang menyebabkan banjir, hingga mikroplastik di lautan dapat menghambat penyerapan karbondioksida.
Taksu Reuse hadir sebagai solusi untuk mengatasi tantangan banyaknya sampah kemasan dalam acara festival atau bazar makanan. Natalie Giusti, ketua yayasan Kita untuk Semesta bercerita bahwa awalnya Taksu hadir sebagai upaya meningkatkan pendampingan program PlastikDetox di pop-up market di Sunday Market Sanur pada 2018 yang lalu. Setelah pendampingan selama setahun, akhirnya Sunday Market Sanur berhasil mencapai acara bebas kantong plastik, sedotan plastik, dan styrofoam, hingga menyediakan tempat sampah terpilah dan stasiun isi ulang air minum.
“Kami terinspirasi dari food court di salah satu pusat perbelanjaan di Denpasar. Alat makan guna ulang tersedia di atas meja, yang setelah makan akan dicuci, kemudian diletakkan kembali di atas meja. Kita tidak pernah protes tentang kebersihannya. Lalu, kenapa tidak kita coba terapkan itu di acara bazar,” cerita Natalie yang ditemui via Google Meet.
Lebih lanjut Natalie menceritakan bahwa mereka mengawali proses terbentuknya dengan melakukan riset bahan guna ulang terbaik yang dapat digunakan oleh penjual sekaligus mencari material yang paling mudah perawatannya. Setelah berbagai diskusi, akhirnya terpilihlah material stainless steel. Selanjutnya tim Taksu melakukan uji coba publik di Sunday market Sanur pada Oktober 2018. Sebelum pandemi Covid-19, Taksu Reuse pernah digunakan dalam acara ulang tahun, bazar BIWA, Festival Gara-Gara Sampah II, Sanur Weekend Market dan berbagai event lainnya.
“Kami menutup usaha kami selama pandemi Covid-19 dan baru mulai lagi tahun 2023,” kenang Natalie.
Natalie bercerita bahwa mereka meluncurkan ulang Taksu dalam Festival PlastikDetox 2023. Dalam acara tersebut pengunjung yang tidak membawa peralatan makan diminta untuk menggunakan alat Taksu dengan sistem deposit. Pengunjung diminta meminjam alat Taksu di stan Taksu, kemudian pengunjung dapat menggunakan alat Taksu untuk membeli makanan dan minuman di stan yang tersedia, lalu setelah selesai pengunjung dapat mengembalikannya ke stan Taksu. Sayangnya sistem ini dianggap menyulitkan pengunjung.
Menanggapi hal tersebut, Natalie mengatakan bahwa kini Taksu Reuse juga menyediakan sistem sewa oleh penyelenggara event. Penyelenggara dapat menyewa alat Taksu, lalu mengatur bagaimana penggunaannya dalam acara. Taksu juga menyediakan jasa pencucian dan jasa untuk memastikan alat Taksu tidak hilang dengan paket terpisah.
Berikut adalah visualisasi dari beberapa acara yang pernah menggunakan jasa Taksu Reuse dan dampaknya dalam pencegahan kemasan sekali pakai berakhir menjadi sampah.
Saat ini tingkat pengembalian alat Taksu oleh pengunjung acara mencapai 99%. Menurut Natalie, angka ini sangat tinggi. Pencapaian ini didukung oleh tim Taksu yang hadir dalam acara yang menyisir seluruh lokasi acara untuk memastikan alat Taksu tidak ada yang tercecer.
“Beberapa alat Taksu hilang karena diletakkan sembarangan oleh pengunjung, kadang ada pengunjung yang ingin membeli alat Taksu kami, atau ingin membawanya pulang,” cerita Natalie terkait tantangan menyewakan alat makan guna ulang di acara publik.
Selain itu, Natalie juga menyatakan penyelenggara acara biasanya enggan menggunakan alat makan guna ulang dari Taksu karena memerlukan biaya tambahan dan belum adanya keharusan untuk menggunakan alat makan guna ulang dalam suatu acara. Natalie juga mengatakan bahwa untuk menggunakan alat makan guna ulang memerlukan kolaborasi yang kuat antara penyelenggara acara, pengunjung, dan para penjual makanan dan minuman dalam suatu acara.
Para penyelenggara acara diharapkan menginformasikan kepada pengunjung baik di media sosial atau pun sepanjang acara bahwa acaranya akan menggunakan sistem guna ulang, menyediakan sarana pencucian alat makan guna ulang, hingga menyediakan tempat sampah terpilah. Para penjual makanan dan minuman juga harus berkontribusi agar sistem ini bekerja dengan baik. Misalnya dengan menanyakan terlebih dahulu kepada pengunjung apakah mereka memerlukan alat makan guna ulang yang telah disediakan atau tidak, tidak memajang kemasan untuk pesanan dibawa pulang, serta menjaga kebersihan alat makan guna ulang yang disediakan.
Menurut Natalie sebagai pengunjung, kita bisa mendukung sistem guna ulang dengan menggunakan alat makan sebagai mungkin, mengembalikan alat makan sebelum meninggalkan lokasi acara, atau jika tidak berkenan menggunakan alat makan guna ulang yang disediakan penyelenggara kita bisa membawa alat makan milik sendiri.
“Kedepannya kami akan terus mendorong penyelenggara acara untuk menggunakan alat makan guna ulang, termasuk menyediakan paket alat makan beserta makanan dan minumannya dan alat makan guna ulang untuk perayaan ulang tahun anak,” ungkap Natalie tentang rencana masa depan dari Taksu Reuse.
Penggunaan alat makan guna ulang sebagai kemasan di berbagai lini kehidupan sangat potensial di masa depan. Di samping didukung oleh banyaknya acara di Bali, dari segi regulasi juga sedang bergerak menuju sistem guna ulang. Dari skala internasional, saat ini sedang berlangsung penyusunan standar global untuk kemasan guna ulang. Di Indonesia sendiri, pemerintah mulai menaruh perhatian bahwa guna ulang mampu mengurangi sampah dengan signifikan dengan mengeluarkan peta jalan ekonomi sirkular.
Pada Seminar Merajut Tren Kemasan Guna Ulang untuk Bumi yang digelar pada Rabu, 21 Agustus 2024, M. Adib Awaludin, S.T. Kasi Pengurangan Sampah DLH Provinsi Daerah Khusus Jakarta menyatakan bahwa mereka sedang menyiapkan peraturan yang mendorong hotel, kafe, dan restoran untuk mendukung pembatasan plastik sekali pakai dengan mengutamakan solusi yang menerapkan sistem guna ulang.
Sedangkan di Kota Denpasar lewat Peraturan Daerah No.8 tahun 2023 tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah, pemerintah Kota Denpasar berharap bisa memaksa pelaku usaha untuk menggunakan bahan produksi yang dapat diguna ulang. Vicktor Andika kepala UPT Pengelolaan Sampah Kota Denpasar dalam seminar yang sama juga menyampaikan bahwa kini pemerintah kota Denpasar juga sedang menyiapkan Perda yang mengatur tentang mekanisme pemberian insentif bagi pelaku usaha yang mendukung pengurangan sampah di Kota Denpasar.
Tak hanya sebatas ajang unjuk ke publik, pengalaman dari Taksu Reuse dalam menyewakan alat makan guna ulang juga mengedukasi pengunjung adalah jalan menormalisasi penggunaan guna ulang dalam sebuah acara. Bukankah, sebelum plastik semasif sekarang, kita senantiasa menggunakan sistem guna ulang dalam berbagai lini kehidupan dan acara di Bali. Jadi, kapan acaramu akan menggunakan alat makan guna ulang?
Artikel ini adalah hasil program liputan kerja sama AJI Denpasar dan Nexus Energy menuju Bali nol emisi