Oleh Luh De Suriyani
Aktivis lingkungan perempuan Bali, Yuyun Ismawati, 44 tahun, meraih The Goldman Environmental Prize bersama enam aktivis lainnya dari berbagai negara. Yuyun Ismawati dinilai panel juri melakukan solusi berbasis masyarakat yang memberi peluang kerja bagi warga berpenghasilan rendah dan memberdayakan mereka untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
“Para penerima Penghargaan Goldman ini amat mengesankan seperti halnya para pendahulunya, menghadapi rintangan yang tampaknya tak terkira namun akhirnya mencapai sukses,” demikian dikatakan pendiri Penghargaan Goldman, Richard N. Goldman.
Penghargaan Lingkungan Goldman, saat ini memasuki tahun ke-20, diberikan setiap tahun kepada pejuang lingkungan level bawah dari enam wilayah benua di dunia dengan hadiah tunai yang diterima masing-masing sebesar $150.000.
Penghargaan diberikan pada Senin (20/4) lalu di San Fransisco Opera House, Amerika Serikat. Setelah itu dilanjutkan pula dengan anugerah Hari Bumi yang sederhana pada hari Rabu (22/4) di Simthsonian National Museum of Natural History di Washington, D.C.
“Siapa pun yang ingin berpartisipasi dan mempunya komitmen untuk membuat perubahan bisa saja terlibat. Hal yang kita butuhkan adalah kelompok kecil yang mau berkorban pada awalnya, memiliki ketekunan, dan keinginan besar untuk meningkatkan atmosfir manajemen lingkungan hidup secara umum,” ujar Yuyun mengomentari nilai penghargaan ini.
Perempuan single parent ini memulai karirnya sebagai insinyur pemerintah yang bekerja dengan konsultan untuk merancang sistem suplai air wilayah pedesaan dan perkotaan.
Merasa keterampilannya dimanfaatkan bukan untuk warga miskin yang paling membutuhkan pengelolaan sampah yang baik, Yuyun mengubah haluan karirnya.
Sejak 1996, dibantu oleh jaringan LSM, ia membagi keahlian teknik lingkungannya untuk membantu warga miskin dalam merancang fasilitas pengelolaan sampah dengan prioritas utama kesehatan lingkungan dan manfaat ekonomi bagi warga setempat.
Pada bulan Juni 2000, Yuyun mendirikan LSM-nya sendiri, Bali Fokus, untuk menyebarluaskan program pengelolaan lingkungan perkotaan berbasis masyarakat.
Pada tahun 2003, Bali Fokus bekerjasama dengan Rotary Club setempat, memprakarsai program pengelolaan limbah padat bersama Desa Temesi di Gianyar, Bali. Yang terdiri atas fasilitas pengelolaan limbah yang dimiliki dan dioperasikan oleh desa.
Fasilitas berhasil dikembangkan dan beroperasi secara menguntungkan bagi pengelola, masyarakat dan para pihak yang memerlukan limbah yang telah diolah tersebut.
Belajar dari pengalamannya dengan fasilitas pemulihan limbah pariwisata di Jimbaran, Bali, Yuyun dan organisasinya merekrut dan melatih warga setempat dalam mengoperasikan fasilitas dan lokasi pembuangan akhir.
Melalui KIPRAH, Yuyun telah mendampingi setidaknya 1500 rumah tangga di daerah kumuh di Denpasar (Bali), Tarakan (Kalimantan Timur), dan Makassar Sulawesi Selatan.
“Di sebagian besar daerah kumuh ini, warga membuat kelompok sendiri untuk membuat layanan publik. Mereka tidak tergantung pada pemerintah lagi,” katanya.
Dua proyek rintisannya di kawasan urban Perumahan Seniga Asri Denpasar yang sangat padat kini telah dikelola warga. Yakni pengolahan air minum sistem bio sand filter dan program sanitasi berbasis masyarakat yang mengelola limbah cair rumah tangga.
Peraih Penghargaan lainnya adalah Maria Gunnoe, USA, berjuang menentang industri batubara yang praktik operasinya menghancurkan puncak gunung untuk menguruk lembah.
Marc Ona dari Gabon memimpin upaya-upaya publik untuk mengungkapkan perjanjian korup di balik proyek besar pertambangan dari negeri China yang mengancam ekosistem hutan akan hujan tropis di negaranya.
Selain itu ada Rizwana Hasan, Bangladesh berkarya mengurangi dampak industri pembuangan kapal Bangladesh yang mengeksploitatif dan merusak lingkungan. Lalu, Olga Speranskaya, ilmuwan Russia bekerja keras mengidentifikasi dan memusnahkan bahan kimia beracun warisan Soviet yang terdapat di lingkungan mereka.
Terakhir, Wanze Eduards dan Hugo Jabini, Suriname berhasil mengorganisasi kelompoknya menentang penebangan di lahan tradisional mereka. Serta membuahkan pengesahan aturan tentang pengendalian oleh masyarakat suku asli dan etnik di seluruh Amerika atas eksploitasi sumberdaya di wilayah mereka.
Penghargaan Lingkungan Goldman didirikan pada 1989 oleh seorang tokoh masyarakat San Fransisco yang dermawan, Richard N. Goldman dan istrinya almarhumah, Rhoda H. Goldman. Penghargaan ini telah diberikan kepada 133 orang dari 75 negara.
Peraih penghargaan diseleksi oleh juri internasional dari calon-calon yang diajukan secara rahasia oleh jaringan organisasi lingkungan maupun individu dari seluruh dunia. [b]
http://www.thejakartapost.com/news/2009/04/21/bali-activist-gets-vetted-goldman-prize.html-0