Hi, where are you from? Cannot speak English sembari melambaikan tangannya. Itulah percakapan singkat yang mengawali interaksi saya dengan Su May. Su May berasal dari Vietnam merupakan salah satu peserta Jambore Nusantara 3 ini. Su May mendapatkan tenda yang sama dengan saya yaitu T4. Selama berkomunikasi dengan Su May saya menggunakan bahasa tubuh dan juga google translate. Namun di tengah keterbatasan dalam berkomunikasi tersebut, kami bisa bercerita dengan menyenangkan menggunakan cara kami sendiri.
Jambore Nusantara 3 diadakan oleh The Samdhana Institute yang bekerja sama dengan komunitas Wisnu Bali dan Brasti Adat Dalem Tamblingan. Jambore ini dilaksanakan dalam rangka Ulang Tahun Samdhana yang ke-20 tahun. Jambore ini melibatkan pemuda se-Asia tenggara. Jambore Nusantara 3 dilaksanakan di Dalem Adat Tambilang, desa Gobleg. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 hari, yakni 20-25 Agustus 2023.
Peserta Jambore dibagi menjadi 3 regional yaitu Mekong, Indonesia, dan Filipina. Regional Mekong terdiri dari negara Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja. Peserta jambore berangkat dari komunitas-komunitas yang ada di negaranya. Mayoritas komunitas tersebut berkaitan dengan climate change.
Selama 6 hari di tempat perkemahan, seluruh peserta saling berbaur. Pagi hari diawali dengan sarapan bersama. Setelah sarapan, peserta berkumpul di aula utama, tempat pelaksanaan kegiatan. Kemudian makan siang, dilanjutkan dengan sesi sore, makan malam, dan pentas budaya. Kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh panitia mendorong peserta untuk sharing pengalaman maupun permasalahan yang mereka hadapu di negaranya. Panitia juga melengkapi kegiatan dengan berbagai macam games yang membuat peserta jambore merasa fun.
Pembukaan Jambore dilaksanakan pada 21 Agustus 2023. Pembukaan ini dihadiri oleh Ketua Samdhana Indonesia beserta perwakilan pemerintah Kabupaten Buleleng dan Adat Dalem Tamblingan. Kegiatan dilanjutkan dengan dialog Kebudayaan bersama Dirjen Kebudayaan. Dialog ini dilaksanakan secara online. Setelah dialog, peserta jambore berkunjung ke stand pameran yang telah disiapkan oleh masing-masing regional.
Dalam pameran tersebut, setiap regional menampilkan produk lokal mereka beserta program yang dilaksanakan oleh komunitasnya. Malam harinya, dilaksanakan pentas seni dari regional philipines. Peserta philipines menampilkan tarian dan juga lagu daerahnya. Mereka mengundang peserta lain untuk ikut menari.
Kegiatan di hari selanjutnya yaitu diskusi tentang konsep Segara Gunung. Narasumber dalam diskusi ini berasal dari Adat Dalem Tambliang. Narasumber menyampaikan bagaimana konsep Nyegara Gunung tersebut di desa adat mereka. Bagaimana konsep tersebut dalam kegiatan adat yang mereka laksanakan. Materi yang disampaikan oleh narasumber sangat menarik menurut saya.
Saya mengenal tradisi adat mereka dan juga konsep nyegara gunung ini. Sesi sore dilaksanakan setelah makan siang. Pada sesi sore ini, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok tersebut terbagi atas minat peserta jambore dalam mengatasi climate change. Gunung, lautan, hutan, dan budaya merupakan topik yang diangkat untuk didiskusikan.
Setiap kelompok berdiskusi dan membuat sebuah hasil dari diskusi tersebut. Diskusi tentang kerusakan lingkungan, kemudian hasil setelah terjadinya sebuah perubahan. Produk yang dibuat yaitu kondisi awal lingkungan (rusak) kemudian perubahan yang terjadi setelah adanya tindakan positif. Produk yang dihasilkan dari diskusi tersebut dituangkan dalam sebuah mading dan juga ilustrasi yang terbuat dari kertas dan kardus bekas. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka dan makna yang terkandung di dalamnya. Malam harinya dilanjutkan dengan penampilan seni dari regional Mekong.
Di hari ke-4 diisi dengan kegiatan trekking di pagi hari. Peserta di bagi menjadi 4 kelompok yang nantinya akan berangkat ke 4 desa yang berbeda yaitu Gobleg, Umejero, Gesing, dan Munduk. Saya masuk ke dalam kelompok Umejero. Perjalanan dari tempat kegiatan menuju Umejero sekitar 30 menit. Setibanya disana kami diberikan briefing terkait trekking yang akan dilaksanakan. Kami menuju lokasi pertama yaitu Air Terjun Umejero. Perjalanan menuju air terjun melewati perkebunan cengkeh dan persawahan. Dalam perjalan kami juga melewati sumber air alami yang bisa langsung diminum.
Sekitar 20 menit, kami tiba di air terjun Umejero. Suasananya sangat sejuk, udaranya segar, dan airnya sangat deras. Kami juga disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah. Bebera peserta mandi di air terjun dan sebagian dari kami hanya duduk santai dan mengambil beberapa gambar. Sekitar 30 menit menikmati keindahan air terjun, kami kembali untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi ke-2.
Lokasi selanjutnya yang dikunjungi adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Umejero. KWT ini bergerak dalam pengolahan kopi. Kami belajar bagaimana membuat kopi dari memetik buahnya di pohon hingga menjadi bubuk kopi yang siap diseduh. Proses pembuatan kopi masih menggunakan alat tradisional.
Yang menarik dari pembuatan kopi oleh KWT tersebut adalah pada saat menyangrai kopi, mereka menggunakan tiga alat indera mereka untuk mengetahui kopi telah matang atau belum. Ketiga indera tersebut yaitu hidung untuk mencium aroma kopi, mata untuk melihat asap yang keluar dari kopi yang disangrai, dan yang terakhir adalah telinga untuk mendengar suara kopi yang telah matang. Lalu, kami kembali ke lokasi kegiatan.
Sore harinya merupakan sesi pengenalan budaya dan kuliner. Peserta belajar budaya Bali dan memasak bersama. Sebelum proses memasak bersama, peserta belajar mejejaitan, nari, memainkan alat musik rindik, dan juga belajar memainkan permainan tradisional yaitu gasing. Peserta yang belajar mejejahitan tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki. Mereka terlihat sangat antusias untuk bisa membuat ketupat dan juga canang sari.
Selanjutnya adalah memasak bersama. Peserta Jambore dan warga desa adat dalem tambliangan memasak bersama untuk makan malam kami. Peserta yang berasal dari luar Bali kususnya sangat antusias untuk ikut serta dalam proses memasak bersama tersebut. Ada yang baru belajar untuk memotong menggunakan “golok” dan ada juga yang telah mahir.
Saya bersama peserta lainnya antusias untuk ikut membuat sate lilit. Warga di sana memberikan arahan bagaimana caranya melilit sate dengan teknik yang benar. Malam harinya kami menikmati makanan yang kami masak bersama sebagai makan malam. Seperti biasa, kegiatan malam ditutup dengan penampilan dari regional Indonesia 1, yaitu di luar peserta Bali.
Hari terakhir kegiatan yaitu Kamis, 24 Agustus seperti biasa kami mengawali pagi dengan sarapan bersama. Kemudian dilanjutkan dengan sharing pengalaman bermakna melalui video setelah melaksanakan trekking dihari sebelumnya. Setelah sharing kami berbagi mimpi dan rencana tindak lanjut melalui Mind map. Setiap regional membuat satu mind map yang memuat visi regional dan dilengkapi dengan rencana aksi yang akan dilakukan oleh masing-masing peserta.
Sesi sore dilanjutkan dengan kegiatan games. Setiap game mengandung makna yang berbeda-beda, seperti kerja sama antar team, kekompakan, dan bagaimana kita harus dapat mendengar orang lain dengan baik. Games ini berlangsung dengan sangat menyenangkan.
Sesi malam merupakan kesempatan untuk team Bali tampil dalam pentas seni. Kami dari team Bali menampilkan permainan tradisional megoak-goakan, tari kecak, dan joged. Peserta antusias untuk ikut berpartisipasi dalam pentas seni tersebut.
Di akhir acara, kami duduk melingkari api unggun, perwakilan peserta dari masing-masing negara berbagi pesan dan kesan selama mengikuti jambore. Kami saling meminta maaf dan berpamitan karena esok harinya peserta akan kembali ke asal mereka masing-masing. Tidak lupa, kami juga saling bertukar cindera mata.
Jumat pagi, peserta jambore sudah berkemas dengan barang mereka, koper, ransel, dan barang lainnya. Kami sarapan bersama sebagai peserta jambore untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu kami kembali dengan kendaraan pribadi dan juga kendaraan yang telah disediakan oleh panitia.
Banyak hal yang saya peroleh setelah mengikuti jambore nusantara 3 ini. Seperti budaya antar negara dan juga daerah di Indonesia yang berbeda-beda. Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh masing-masing negara dan daerah di Indonesia yang cukup kompleks. Saya pun belajar dan memahami banyak hal dari itu.
Yang menarik juga bagaimana kita menggunakan bahasa tubuh dalam berkomunikasi. Saya menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan rekan satu tenda saya yang berasal dari Vietnam yang sulit berbahasa Inggris. Selain Bahasa tubuh, percakapan kami juga dibantu dengan google translate. Lokasi kegiatan juga sangat menambah wawasan saya.
Bagaimana adat di desa Adat Dalem Tamblingan dengan catur desanya beserta tradisi-tradisi yang dilakukan. Beserta bagaimana mereka menjaga alam agar sumber airnya tetap terjaga. Pengalaman yang sangat bermakna sekaligus menyenangkan. Karena bisa sharing dan kenal dengan pemuda yang berasal dari negara lain dan juga daerah lain di Indonesia.
Pemuda yang memiliki bakat dan berjuang untuk perubahan lingkungan mereka. Sungguh sangat menginspirasi. Semoga kegiatan jambore yang bermakna ini, menambah semangat pemuda untuk beraksi guna menciptakan sebuah perubahan.
Penulis
Ketut Kartika Yani
Peserta Jambore Nusantara 3