Pagi ini, Bentara Budaya Bali menggelar lokakarya menulis aksara Bali.
Kegiatan ini merupakan kerja sama Bentara Budaya Bali (BBB dengan Yayasan Tri Hita Karana Bali, Yayasan Sari Kahyangan, SMA PGRI 6 Denpasar, dan Komunitas Pengkajian Agama, Budaya, dan Pariwisata. Lokakarya bertema Aksara Bali dalam Perspektif Waktu ini mulai pukul 09.00 Wita di Jl. Prof. Mantra 88A, Ketewel.
Sebagai pembicara adalah I Made Arista, S.Ag dan Dr. Ketut Sumadi, M.Par. yang peran serta dedikasinya di bidang seni budaya Bali tak diragukan lagi.
Dr. Ketut Sumadi, M.Par, adalah dosen IHDN Denpasar yang sejak tahun 1980 dan sampai kini berkecimpung sebagai wartawan di Harian Nusa Tenggara dan kini kontributor Bali Travel Newspaper. Tahun 2003 ia menyelesaikan pendidikan Magister (S2) Bidang Kajian Pariwisata Budaya di Universitas Udayana Denpasar. Tahun 2010 meraih gelar doktor dalam Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana. Ia sekaligus terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumni Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana Periode 2004 – 2008.
Sementara I Made Arista, S.Ag, yang lebih dikenal dengan nama Jero Mangku Alit Bangah, sejak usia dini telah bergelut dengan upaya mengembangkan apresiasi terhadap aksara Bali. Kini, di tengah kesibukannya menyelesaikan tesis S2 Ilmu Agama di Universitas Hindu Denpasar, ia tekun melakukan aktivitas melestarikan dan mendokumentasikan lontar-lontar yang semua ditulis dalam aksara Bali.
Ia juga mengajari anak-anak di desanya, Pacung Baturiti, berlatih menyurat aksara Bali di atas daun lontar. Bersama para pengelola objek wisata Danau Beratan, Mangku Alit Bangah sedang merintis pendirian perpustakaan umum di objek wisata Danau Beratan, sekaligus merintis perpustakaan pribadi di rumahnya.
Kali ini, dia akan mengupas eksistensi aksara Bali dalam kebudayaan Bali dulu, kini dan masa depan.
“Workshop ini membahas perihal peranan aksara Bali dalam kebudayaan Bali dulu, kini, dan sekarang. Peserta menelaah pulau nilai-nilai filosofis mendalam dari aksara Bali yang hingga kini masih lekat dengan keseharian masyarakat di Bali,” ungkap Putu Aryastawa, staf BBB.
Aksara Bali memiliki fungsi dan makna yang sangat penting dalam kehidupan kultural masyarakat Bali. Tidak hanya sarana komunikasi sehari-hari dalam konteks bahasa ibu, tetapi juga dalam tatanan sosial, budaya, dan kehidupan religius.
Selain mengajar, Dr. Ketut Sumadi, M.Par juga aktif menulis. Beberapa bukunya yang sudah terbit, “Menimba Mata Air Keabadian Pahlawan Bangsa”, “Tuhan Di Sarang Narkoba, Weda Di Ruang Tamu”, “Bali Island Of God”, “Desa Adat Kuta dan Pariwisata Budaya”. Ia juga anggota tim Assesor Tri Hita Karana Award and Acreditation, Ketua Redaksi Pangkaja, Jurnal Ilmiah Pascasarjana IHDN Denpasar, Ketua Redaksi Vidya Duta, jurnal Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar, dan Ketua Redaksi Hitangkarah, jurnal terbitan Yayasan Sari Kahyangan bekerjasama dengan Komunitas Pengkajian Agama, Budaya, dan Pariwisata. [b]
Teks dan foto Bentara Budaya Bali.