Oleh Pande Baik
Seorang saudara yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sempat melontarkan pernyataan yang ‘sangat lucu’ perihal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dimulai tengah malam tadi di 10 Kota namun belum termasuk Kota Denpasar. Ia sangat menyetujui kenaikan harga BBM yang dianggapnya ‘tidak seberapa’ itu. Apa pasal?
Ya wajarlah, ia berpikir dan berkata seperti itu. Wong ia masih bujang, bahkan pacar pun baru pertama kali ini ia punya di usianya yang dua tahun lagi bakalan menginjak kepala tiga. Bukan cuma itu, profesi sebagai PNS yang sudah golongan IIIa, yang artinya gaji plus tunjangannya pun bisa mencapai angka hampir Rp 2 juta per bulan. Itu pun belum tersentuh oleh susu anak, biaya dapur, pemeliharaan rumah apalagi bensin mobil.
Apalagi kini ia telah mendapatkan jatah motor Dinas yang biaya BBM-nya ditanggung oleh instansi tempat ia bekerja yang jaraknya tak sampai satu kilometer dari tempat tinggalnya kini. Jadi wajar saja, kalo ia tak keberatan dengan naiknya harga BBM yang ‘tak seberapa’ ini.
Mungkin ia belum pernah memikirkan orang lain, yang berada di bawah garis pendapatan yang selama ini ia dapatkan. Bagaimana kehidupan seorang sopir angkot yang harus mengejar setoran atau perjuangan nelayan-nelayan yang melaut dengan menggunakan bahan bakar tersebut. Berapa banyak kenaikan ongkos angkot bagi orang-orang yang tak mampu sehingga kendaraan umum menjadi satu-satunya pilihan.
Mungkin juga ia tak pernah menonton layar televisi yang dipenuhi dengan aksi demo mahasiswa yang meminta agar harga-harga diturunkan, atau malah antrean konsumen di banyak SPBU demi mendapatkan bahan bakar yang kian langka menyusul kenaikan harga, cukup memberatkan kantong pendapatan bagi mereka yang memiliki mobilisasi tinggi atau pulang pergi ke tempat kerja diluar kota.
Mungkin itu semua belum pernah ia pikirkan.
Terkadang berprofesi sebagai seorang abdi negara yang dituntut mengerti kondisi lingkungannya, ada rasa malu untuk mengakui diri sendiri berada pada lingkaran ini. Apalagi jika pernyataan ‘tak apa harga BBM naik, toh juga tak seberapa’ lahir dari hati seorang abdi negara yang menjalani hidup dari uang rakyat. [b]