Lianto Tjahjoputro dan Intan Mayadewi akan tampil bersama di Bentara Budaya.
Kedua gitaris tersebut tampil dalam sebuah Konser Gitar Klasik, Selasa petang nanti. Pertunjukan musik klasik ini merupakan yang pertama kalinya digelar di BBB.
Sekitar 11 komposisi akan dibawakan dua pemusik ini baik solo maupun duet. Masing-masing komposisi merupakan karya komposer maestro dunia seperti Manuel de Falla, Johann Sebastian Bach, Isaac Albéniz, Niccolò Paganini, Charles Gounod, Felix Mendelssohn, Agustín Lara, dan Mimis Traïforos.
Konser Gitar Klasik kerja sama Amabile Music Studio Bali dengan BBB ini akan berlangsung di Jl Prof Ida Bagus Mantra No. 88A, Ketewel, Gianyar ini juga terbilang istimewa. Sang gitaris, Lianto Tjahjoputro mampu mentranskripsi lagu-lagu yang awalnya tidak mungkin dimainkan pada gitar, yaitu Johannes Passion Bach yang dikerjakan selama 2 tahun. Ia juga mengerjakan transkrip komposisi Matthaus Passion Bach selama tiga tahun.
Nomor-nomor yang akan dimainkan antara lain La Vida Breve, Little Prelude BWV 926, Adagio BWV 564, Johannes Passion BWV 245, Gigue BWV 996, Asturias, Torre Bermeja, Caprice No. 24, Canzonetta, Granada, dan Greek Love Song.
Tidak hanya menampilkan komposisi-komposisi klasik karya para maestro, nomor-nomor tersebut juga memiliki sejarah panjang dalam perjalanan musik orkestra maupun opera dunia. Sebut saja “La vida breve“. Gubahan Manuel de Falla ini mulanya adalah sebuah opera panjang yang diciptakan sekitar 1904 hingga 1905. Dia berhasil mengantarkan Manuel de Falla menjadi salah satu komposer yang diperhitungkan di Paris kala itu.
Sedangkan komposisi karya JS Bach seperti Johannes Passion adalah salah satu yang juga memiliki sejarahnya tersendiri. Karya ini dipersembahkannya di hari wafatnya Yesus Kristus (Jumat Agung) pada tahun 1724 di Nicolaikirdie. Meski kini diakui sebagai komposer ternama dunia, musik Bach baru dikenal setelah 100 tahun kematiannya, ketika komposer Felix Mendelssohn, memimpin pertunjukan musik karya Bach “St. Matthew Passion“.
Lianto Tjahjoputro, lahir di Banyuwangi, 14 Januari 1963. Ia merupakan gitaris klasik virtuoso Indonesia, dikenal karena kemampuannya melakukan virtouso dengan tingkat kesulitan tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh beberapa gitaris dunia. Ia pernah melanjutan pendidikan musik Staatliche Hochschule fur Musik Rheinland di kota Koln, Jerman Barat dan belajar kepada Profesor Eliot Fisk.
Pada tahun 1991 Lianto Tjahjoputro juga memenangi Mimbar Juara Indonesia Gitar Klasik (Indonesian Classical Guitas Champion). Namanya juga tercatat dalam ensiklopedi musik internasional “Enciclopedia de la Guitarra”, yang diterbitkan oleh Fransisco HerreraSedari tahun 2009 – 2014.
Sementara Intan Mayadewi Tjahjaputro, adalah gitaris klasik dan soprano. Telah mempelajari gitar sedari kecil dari sang ayah, Lianto Tjahjoputro. Ia pernah tampil dalam konser-konser antara lain; Pagelaran Gitar Kolosal Rakyat Indonesia – PGKRI (2006), konser gitar klasik di Erasmus Huis Jakarta (2007), dll.
Ia pernah belajar gitar dengan musisi Jerman Anna Koch serta vokal kepada penyanyi opera mumpuni dari University of Arts in Cologne, Germany. Kini ia merupakan pengajar gitar dan vokal di PKGRI. [b]