Panggung konser tidak melulu menghadirkan lantunan musik.
Musisi yang mengemasnya dalam bentuk lain, menjadi salah satu cara kreatif sekaligus alternatif agar penampilan tidak monoton. Begitulah penampilan Ethnic Harmony Bali (Emoni), grup etnik-kontemporer asal Bali.
Mereka tampil pada Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya Minggu kemarin malam di Gedung Ksinarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar.
Panggung dengan dekorasi minimalis namun elegan. Cahaya kuning keemasan dari bohlam-bohlam lampu. Pemanis backdrop bernuansa hitam. Mereka siap menjadi tempat Gung De Raka dan kawan-kawan melantunkan lagu-lagu Emoni. Namun, tentu bukan itu yang menjadi spesial.
Tepat pukul 20.00 Wita, satu per satu personel muncul ke panggung. Hingga semua lengkap dan dirasa akan siap tampil, tapi nyatanya suasana panggung tetap hening. Tidak ada suara keluar dari mulut Gung De, sang vokalis, membuka pertunjukkan atau sekadar menyapa penonton.
Hingga ada suara terdengar dari belakang. Rupa-rupanya ada dalang dalam pertunjukkan dari band yang telah menelurkan tiga album tersebut, kali ini. Gung Giri, sosok Dalang yang hanya terdengar suaranya itu mengarahkan pertunjukkan Emoni malam itu dalam sebuah narasi bertajuk “Melawan Arus”.
Suara para personel Emoni hanya terdengar pada babak di mana mereka bernyanyi saja. Sisanya, termasuk interaksi dengan penonton, diarahkan oleh sang dalang.
Kali ini kesan jenaka bukan hanya dari payas yang biasa melekat di wajah seluruh personelnya, yang seolah dibuat berdasarkan karakter yang akan ditampilkan malam itu. Narasi buatan Gung Giri dan Indra Parusha yang menjadi benang merah antara satu lagu dengan lagu lain malam itu pun turut mengundang gelak tawa para penontonnya.
Bagaimana tidak, para personel ini otomatis mengikuti alur cerita yang dibawakan oleh dalang. Bahkan mereka pun harus melakoni apa yang diminta, di mana oleh si dalang, dan disisipi adegan-adegan yang membuatnya menjadi bahan guyonan di atas panggung.
Dibuka oleh lagu Ketut Garing, yang juga menjadi nama tokoh dalam pertunjukkan tersebut dan ditutup oleh Harmoni Nada Cinta, lagu pertama karya Emoni. Lagu-lagu lain, seperti Made Cenik, Meong-Meong, Ratu Anom turut dibawakan sesuai alur cerita, termasuk beberapa lagu dari album terbaru mereka, Suatu Cerita.
Dari segi cerita, sebenarnya cukup sederhana. Mengisahkan sosok pria bernama Ketut Garing yang kerap jenuh dengan kesehariannya. Dia kemudian memutuskan untuk liburan, bertemu dengan teman lama hingga teringat sang kekasih yang berada di luar negeri. Jika dibacakan biasa, tentu narasi ini sangat hambar bahkan terkesan dipaksakan.
Karena sebenarnya narasi ini dibuat sedemikian rupa untuk menghubungkan kesembilan lagu, yang dinyanyikan oleh Emoni malam itu. Namun, justru sisipan-sisipan lain yang kadang di luar perkiraan penonton. Mungkin karena itulah kemudian garapan ini disebut melawan arus, yang menghidupkan pertunjukkan tersebut.
Diakui sang manajer, Gung Ws, konsep dengan dalang ini menjadi kali pertama dibawakan oleh grup band yang terkenal dengan garapan gending rare-nya. Karena dari pihak Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sendiri meminta tidak sekadar menyanyi, namun ada garapan dalam konsep seni pertunjukan.
“Dari Disbud meminta sesuatu yang lain tidak hanya manggung biasa. Tapi harus ada garapan pertunjukan. Makanya kami kelabakan nyari ide cerita,” ujar Gung Ws.
Persiapan pun cukup singkat. Hanya 24 jam, Emoni mempersiapkan pertunjukkan mereka hingga kemudian tampil di hari H. WS sendiri enggan menjawab kapan sebenarnya mereka berlatih, melihat persiapan nya yang sangat singkat. Tapi begitu, bagi Emoni justru penampilan kemarin adalah yang paling santai dan tanpa beban.
“Malu bilangnya, soalnya bukan prestasi. Tapi kata teman-teman, manggung kemarin adalah yang paling santai, tanpa beban. Kayak bermain,” ujarnya sembari melempar tawa.
Namun persiapan singkat tidak berarti hasilnya kurang. Garapan ini justru mendapat sambutan hangat. Tepuk tangan terdengar tak hanya di akhir, tapi hampiur pada tiap babak cerita. Ditambah para penggemar cilik setianya, yang suaranya sayup-sayup kerap terdengar menimpali saat Emoni melantunkan beberapa gending rare dari album Ning Ning Cening-nya.
Sebuah garapan sederhana namun menyegarkan, sebagai upaya menyiasati agar pertunjukkan tidak begitu-begitu saja. Boleh dicoba tentunya untuk teman-teman musisi yang lain. [b]