Oleh Anton Muhajir
Dunia maya menjadi salah satu tempat bagi Bali Collaboration for Climate Change untuk mengampanyekan World Silent Day (WSD) yang dideklarasikan setahun lalu. Rabu pekan lalu, Bali Collaboration meluncurkan kembali desain terbaru website www.worldsilentday.org tersebut di pertanggungjawaban publik dan launching WSD 2009 di Wantilan DPRD Bali.
WSD, kampanye yang diperkenalkan Bali Collaboration sejak tahun lalu, itu diambil dari filosofi Nyepi di Bali, saat di mana manusia di Bali berhenti melakukan empat hal yaitu bekerja, bepergian, bersenang-senang, dan menyalakan api.
“WSD yang terinspirasi dari Hari Nyepi di Bali merupakan salah satu solusi bagi perubahan iklim murah dan adil. Jika hal ini dapat dilakukan secara serentak di dunia maka akan sangat bermanfaat bagi bumi kita,” kata Made Suarnatha dari Kolaborasi Bali.
Ide tersebut disampaikan untuk pertama kalinya dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Bali Desember tahun lalu. Salah satu keberhasilan Bali Collaboration adalah ketika bisa memutar film Nyepi seusai pembukaan konferensi tersebut.
Kampanye kemudian berlanjut di dunia maya. Melalui website tersebut, ide WSD bisa dibaca lebih banyak orang. Ini bisa dilihat dari tersebarnya lokasi orang yang memberi komentar di website tersebut. Tak hanya dari Indonesia, pengunjung website itu juga ada dari Australia, Amerika Serikat, Eropa, dan berbagai negara lain.
Hingga saat ini ada 1.538 orang yang menyatakan setuju pada WSD melalui wesbite. Selama hampir satu tahun, website tersebut dikunjungi 27.025 orang dengan 200 komentar. Adanya website tersebut juga memudahkan orang lain yang ingin memberikan dukungannya pada kampanye tersebut melalui blog.
Berdasarkan pencarian di situs pencari seperti Google, kini ada sekitar 600 blog dan website yang ikut mendukung WSD ini. I Made Yanuarta, anggota Bali Blogger Community (BBC) adalah salah satunya. Staf bagian information technology (IT) di perusahaan furniture ini memasang banner I Vote World Silent Day di blognya sebagai bentuk dukungan pada ide hari hening internasional ini.
“Kami berusaha mendukung kampanye ini dengan apa yang kami bisa. Memasang banner di blog adalah salah satunya,” kata Yanuar.
Kampanye melalui website hanya salah satu cara Bali Collaboration memperluas ide WSD ini. Menurut Agung Wardana, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, kampanye secara offline juga masih terus dilakukan. Antara lain melalui kegiatan seperti laporan pertanggungjawaban pekan lalu di Denpasar tersebut.
“Kami juga menggunakan sekolah, kampus, banjar, dan komunitas lain untuk mengenalkan ide WSD ini sekaligus meminta dukungan,” kata Agung.
Dukungan tersebut dalam bentuk tanda tangan di kertas petisi dengan pernyataan agar WSD diakui oleh PBB sebagai salah satu upaya mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Sampai saat ini ada sekitar 4000 orang yang memberikan tanda tangan. “Makin banyak yang tanda tangan, maka makin besar kekuatan kita untuk mendorong agar WSD diakui oleh dunia,” tambah Agung.
Dengan target sejumlah 10 juta tanda tangan diharapkan mampu membuat WSD dipertimbangkan dalam KTT Perubahan Iklim untuk diakui dan diterapkan secara internasional.
Untuk mewujudkan kampanye dan dukungan pada WSD itu pula, menurut Suarnatha, Bali Collaboration akan tetap mengampanyekannya WSD pada KTT Perubahan Iklim di Poznan, Polandia Desember nanti.
“Bali Kolaborasi bekerjasama dengan jaringan internasionalnya akan mengirimkan delegasi ke Poznan, Polandia untuk menjaga konsistensi kampanye WSD di tingkat internasional,” tambahnya.
Menurut Suar, pengiriman delegasi Bali dalam KTT Perubahan Iklim di Polandia akan mampu mengingatkan masyarakat internasional pada ide WSD. [b]