Manipulasi foto banyak beredar dengan AI karena saat ini banyak aplikasi, tools dan software yang digunakan. Beberapa diantaranya seperti Swapface, Face Swapper, Midjourney, AI Photo Generation, AI Art Generator dan masih banyak lagi.
Dampak manipulasi foto dari AI yaitu potensi mengubah persepsi dan potensi memalsukan peristiwa. Ada beberapa cara mendeteksi hoaks foto AI secara manual diantaranya:
- Cari sumber foto, misalnya dapat dilacak melalui identitas fotografernya maupun siapa artisnya
- Perhatikan latar belakang pada foto. Biasanya, AI cenderung blur, tidak jelas, tidak dapat diproses dengan reverse image search
- Perhatikan detail: jika ada jerawat dari pori-pori maupun panu besar terlihat karena AI tidak sedetail itu
- Cari glitch seperti tangan yang tidak alamiah, tulisan tidak ada yang jelas, dan lain-lain
Bagaimana dengan video?
Beberapa jenis video menggunakan alat bantu AI. Seperti misalnya yang sepenuhnya menggunakan AI generated, yaitu pada bagian tertentu dalam video ada yang dimanipulasi dengan AI, misalnya wajah. Hal lainnya seperti menggunakan karakter buatan AI. Misalnya presenter yang membacakan berita, belakangan ini beberapa media menggunakannya. Tidak hanya pada konteks visual, konteks audio dapat dimanupulasi dengan AI. Modus lainnya berupa gambar yang diedit seakan-akan sesuai. Melalui kurasi foto yang menggunakan AI generated, terhimpun menjadi sebuah video.
Hoaks video dengan berbabagi modus AI terus beredar, tetapi menangkalnya dengan proses cek fakta masih sulit. Hal ini disebabkan karena tools pendeteksi video deepfake atau video AI sebagian besar masih berbayar. Meskipun ada yang gratis, tetapi proses deteksinya masih belum optimal, contohnya Deepware. Melalui pengamatan secara berkala terhadap teknoogi AI dapat menjadi salah satu tips debunking AI. Pengecek fakta maupun warga yang ingin terlibat memberantas hoaks jenis AI ini. Perkembangan teknologi membutuhkan cara bervariasi dalam menangkal konten hoaks video AI. Mengandalkan tools harus dibarengi dengan sikap skeptis dengan konten “terlalu sempurna”.
Apa yang harus difokuskan dalam cek fakta manipulasi video?
Tonton video sampai selesai dengan detail, sekilas bisa jadi mengandung info yang dibutuhkan. Mencari detail yang penting sangat dibutuhkan dengan mengamati panning. Panning merupakan gerak kamera secara horizontal. Tilting yaitu gerak kamera vertikal, zooming (jarak pandang mendekat/menjauh), atau fokus yang berubah, hentikan video kalau perlu.
Mencari keyword kalau ada. Cara lainnya dapat mencoba pencarian dengan kata kunci seperti “Pariaman monumen” atau “Palopo gereja”, mungkin ada entri Wikipedia atau blog berisi gambar yang ternyata digunakan untuk membuat hoaks. Contohnya pada konten video berjudul Warga Baduy Turun Kota, Baduy Siap Ngawal Abah. Baduy Siap mengawal abah…!!!! SIAP LAWAN PREMAN PEMILU. Kami siap ke jakarta…demi perubahan. Video ini bisa dicek faktanya, apakah sesuai antara narasi dan cuplikan videonya.
Cara paling sederhana, kita dapat membuka Google Lens. Masukkan tangkapan layar video tersebut. Hasilnya akan muncul rujukan beberapa video serupa. Disini yang penting untuk menerapkan tips sebelumnya yaitu melihat detail video. Pilih video yang paling bersih tanpa narasi apapun. Ternyata, itu adalah acara Seba Baduy tahun 2023 lalu.
Gampang-gampang susah dalam membedah konten hoaks foto maupun video. Kejelian dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam mengenali keduanya. Beberapa tools dapat memudahkan pengecekan foto maupun video yang dimanipulasi AI.
Waspada terhadap hoaks yang beredar. Saring sebelum sharing.