Teks dan Foto Anton Muhajir
Seumur-umur, baru kali ini saya liputan sampai naik rakit. Bukan di Kalimantan atau pulau lain yang penuh sungai. Ini di Bali!
Jadinya mengejutkan. Apalagi lokasinya bukan di Bedugul atau Kintamani yang memang ada danaunya, tapi di daerah Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Daerah ini, setahu saya, tak punya danau. Adanya cuma sawah di dataran rendah dekat pantai dan kebun rimbun di bukit.
Tapi, kunjungan Rabu kemarin membawa saya ke tempat dan pengalaman baru tentang petani Bali sekaligus tentang daerah ini.
Lokasi pertanian ini di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya. Dari jalur Denpasar – Gilimanuk, kami masuk ke kanan setelah bertemu pertigaan di Desa Tuwed sekitar 20 menit dari Negara, ibu kota Kabupaten Jembrana. Dari Denpasar sekitar tiga jam pakai kendaraan pribadi.
Setelah pertigaan ini, saya dan dua teman lain masih masuuuuuk lagi dan sedikit berkelok-kelok sekitar 15 menit. Karena jalannya sudah mulus, kami tak susah meski naik mobil. Kami ikuti terus jalan ini sampai mentok di tepi hutan Tukadaya.
Komang Warken, Ketua Serikat Tani Jembrana (STJ), menyambut kami di dekat rumahnya di tepi hutan itu. Dia yang saya kontak sejak dari Denpasar untuk ngobrol. “Kita harus naik rakit untuk ke kebun,” katanya.
“Hah, naik rakit?” tanya saya.
Benar saja. Setelah melewati jalan setapak curam dengan pohon kopi dan coklat di sekitarnya, kami sampai di danau kecil. Inilah danau yang airnya mengalir ke Bendungan Palasari. Dari tempat kami berdiri di sisi timur danau, jarak sisi lain danau ini sekitar 30 meter. Kami akan menuju sisi barat sana.
Rakit yang kami naiki sangat sederhana. Cuma dua batang kayu sengon di sisi kanan kiri dan lima kayu lain yang menghubungkannya. Lebih mirip tangga dibanding rakit. Air di bawah rakit terlihat jelas. Agak ngeri juga, sih, pada awalnya. Tapi, lama-lama asik juga.
Kami pun mengarungi (cailah!) danau itu. Menurut Warken, air danau itu dalamnya sampai 100 meter. Byuh! “Tapi, kalau di pinggir gini paling ya sepuluh meter,” tambahnya. Badah. Itu sih tetap saja dalam, Om.
Di permukaan, air danau terlihat hijau. Kata Warken lagi, itu karena saking dalamnya. Jadi tak terlihat dasarnya. Karena hijau ini, air danau seperti keruh. Tapi, ketika diambil, air itu bening sekali. Jernih. Suasana juga tenang. Asik banget.
Dari tengah danau kami bisa melihat Bendungan Palasari di ujung selatan sana. Bendungan ini dipakai untuk mengairi sawah dan kebun di sekitarnya.
Naik rakit di tengah danau dikeliling rimbun hutan, saya lebih merasa seperti berwisata daripada mau berkebun. Dan, itulah yang dilakukan Warken dan petani lain di sini. Termasuk saat ini.
Warken dan Putu, petani lain, mengayuh danau itu selama sekitar 15 menit dari sisi timur ke barat. Kami menyandarkan rakit itu di bawah rindang pohon di tepi danau lalu menaiki bukit ke kebun Warken. Seperti petani lain di desa itu, Warken juga mengelola lahan milik negara. “Daripada (lahannya) nganggur, kami tanami,” ujarnya.
Lahan yang digunakan Warken dan petani lain itu masuk kawasan hutan lindung Tukadaya dan Ekasari, Jembrana. Sejak 2001, Warken mulai menanam beberapa komoditi, seperti kopi dan kakao. Mereka memang memilih tanaman umur panjang agar tanah di sana tidak mudah longsor karena konturnya yang berbukit.
Saat ini Warken mengelola 50 are lahan di sana. Selain kopi dan kakao, dia juga menanam jeruk dan pisang. Ada juga kelapa. Siang itu kami mencicipi jeruk dan kelapa mudanya. Enak. Gratis lagi.
Jeruk dan kelapa muda ini kami nikmati setelah Warken menyiram bibit jeruknya di kebun. Dia mengambil air dari danau yang tadi kami lewati.
Sekitar 1 jam di kebun, kami kembali. Naik rakit, menyeberang danau, lalu kembali mendaki bukit kecil tempat warga setempat bertani. Nafas kami tersengal-sengal ketika mendaki bukit itu. Capek.
Tapi, itulah yang dilakukan Warken tiap hari kalau ke kebun. Naik turun bukit dan nyebrang danau. “Tentu saja capek. Tapi bagi kami itu sudah biasa,” katanya. [b]
Mas Anton,sempet2nya liputan ke Negara.Berarti sempet juga melintas di jalur saya( Pekutatan ),kenapa nggak mampir sekalian
keren nih,,
salam kenal ya..
wah enak nih bisa travelling terus…jd pengen…!!!
wah asik neh,..
selagi kerja bisa fisik sekalian.
pasti sehat dah