Amnesty Internasional Indonesia dan ForBALI rayakan peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) dengan diskusi dan konser musik “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”
Minggu, 10 Desember 2017 dalam rangka merayakan Hari HAM Internasional, Amnesty International Indonesia dan ForBALI menggelar acara bincang santai yang mengangkat tema Tantangan HAM hari ini, melawan pembungkaman terhadap gerakan Bali tolak reklamasi Teluk Benoa.
Narasumber dari basis gerakan di Kepaon yang selama perjuangan menolak reklamasi telah mengalami pengerusakan baliho sebanyak 13 kali. Juga dari Klungkung yang mengalami intimidasi dari aparat saat mengunjungi festival rakyat berupa perampasan bendera dan kaos sehingga harus pulang tanpa mengenakan baju.
Sedangkan Jerinx SID membeberkan bagaimana band Superman Is Dead mengalami banyak pembatalan kontrak manggung akibat terlalu vokal menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa.
I Wayan ‘Gendo’ Suardana, Koordinator Umum ForBALI menyampaikan setelah selama 4 tahun pelarangan-pelarangan penggunaan atribut BTR dilakukan oleh aparat, maka belakangan terjadi perubahan pola dengan cara membenturkan sipil dengan sipil. Yang melakukan pelarangan adalah panitia acara ataupun petugas keamanan event.
Usman Hamid dari Amnesty International Indonesia menjelaskan, maraknya pembangunan infrastruktur di daerah, termasuk di Bali melahirkan kasus-kasus pelanggaran HAM baru seperti penggusuran, perampasan tanah petani atas nama pembangunan tanpa memperhatikan aspek HAM warga. Para aktivis di Bali juga dikriminalisasi karena menyuarakan penolakan atas proyek reklamasi Teluk Benoa. Untuk menangkal dan melawan gerakan politik demonisasi, Amnesty International meluncurkan inisiatif “#JoinForces” untuk bersatu bersama gerakan-gerakan HAM lokal dan nasional di Indonesia saat melemahnya niat negara untuk fokus pada masalah HAM.
“Amnesty International memilih Bali sebagai salah satu tempat launching daerah menjadi salah satu tempat dimana pelanggaran HAM baru terjadi atas nama pembangunan. Pembangunan yang tidak menghargai HAM harus ditolak,” ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia tersebut. Acara bincang santai tersebut ditutup oleh penampilan duokustik Jerink SID dan Sonny Bono.
Setelah usai acara bincang terkait tantangan HAM pada sore harinya menggelar acara musik yang dimeriahkan oleh musisi-musisi Bali dan band asal Jakarta, Marjinal.
Setelah sore harinya mengadakan acara bincang santai mengenai kondisi HAM di Bali, Amnesty International Indonesia dan ForBALI menggelar konser musik “Semakin Dibungkam Semakin Melawan” yang dipadati ratusan orang sampai TBK penuh sesak.
Beberapa band tampil malam itu, di antaranya Jangar, The Eastbay, Patrick The Bastard, Geekssmile, Punk Reformasi, Rastafara Cetamol dan juga seni bondres Temuyuk Mekuris dan Marjinal mengakhiri konser musik yang dihaadiri ribuan orang ini.
Roy Djihard dari kelompok Punk Reformasi gabungan dari beberapa band punk di Bali menyampaikan bahwa mereka sangat mendukung acara yang diselenggarakan untuk merayakan Hari HAM International tersebut. Menurutnya pelanggaran HAM banyak terjadi di Bali utamanya terhadap gerakan masyarakat Bali menolak reklamasi. “Kami akan selalu berada dibarisan depan dalam melawan kerakusan yang ingin merusak tanah Bali,” ungkap Roy yang juga diamini Jayak, anggota Punk Reformasi lainnya. “Kita harus bangkit melawan terhadap usaha-usaha pembungkaman suara rakyat,” tandas Jayak.
Sementara Mike dari Marjinal menyampaikan mereka sangat salut terhadap perjuangan masyarakat Bali dalam menolak reklamasi Teluk Benoa yang dikoordinir oleh ForBALI. Selama berada di Bali pasti menyempatkan waktu untuk ikut menyuarakan perlawanan utamanya kepada para pemuda agar jangan pernah takut menyuarakan kebenaran. “Semakin ditekan kita akan semakin melawan tindakan-tindakan pembungkaman,” ujar Mike.
Wayan Gendo Suardana menyampaikan bahwa ForBALI dalam melakukan perjuangan jauh dari tindakan-tindakan kekerasan, perjuangan dilakukan dengan damai dalam mencapai tujuan seperti yang ditunjukkan malam itu. “Ribuan orang hadir malam ini untuk bersolidaritas demi tegaknya HAM di Indonesia dan jauh dari insiden apapun, ini menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang mengedepankan perdamaian dalam mencapai tujuan,” tandas Gendo.
Pada konser musik tersebut juga dibuka kotak donasi untuk membantu pengungsi erupsi Gunung Agung yang disalurkan melalui posko peduli yang dibentuk ForBALI bersama Walhi Bali.
Bersuaralah terus buat mereka yang tak mampu atau tak bisa bersuara.
Kalian seperti ronda malam yang membunyikan suara saat maling masuk desa.
Kejahatan gampang terjadi kalau orang diam tak bersuara melihat apa yang terjadi.
Tanpa sadar mereka dalam berdiam, membantu apa yang terjadi.
Ingatlah kata penyair reformasi:
“Hanya ada satu kata.
Lawan”
Jangan mau dan jangan bisa dibungkam.
Hidup hanya satu kali, jadi jangan tanggung-tanggung.